Kadang penyesalan akan muncul jika kesalahan diutarakan maupun ditunjukkan. Itulah manusia."Hei, kamu nggak apa? Di mana dia? Kamu diapain?" Allen mendekat dan bertanya dengan gusar ketika melihat kayra kembali dengan terisak dan menunduk
"Kak mending kita pulang." Kayra berucap sembari mengusap air matanya.
"Tapi gimana sama dia? Di mana bajingan itu, hah?!" Allen masih terlihat kesal, sedangkan di sampingnya Meggy menatap keduanya dengan tatapan yang sulit ditebak.
"Kak... udah..." Kayra beruap lemah sembari memegang lengan Allen dengan kedua tangannya.
"Lo tenang aja Len, biar gue yang ngurus."
"Nggak Kak. Kak Meggy nggak usah ikut-ikut. Kay nggak mau lagi berurusan sama dia." Kayra menggeleng.
"Yaudah kalo gitu. Kamu nggak apa?" tanya Meggy.
Kayra mengangguk.
"Yaudah kita pulang. Meg, gue duluan." Allen kemudian berjalan menuju tempat motornya diparkirkan.
"Yoi." Meggy mengangkat jempolnya.
Meggy mengepalkan tangan menahan amarah. Selain pipi wajahnya yang mulai terasa perih dan membengkak ia juga menahan amarah melihat Jovi. Sepeninggal Allen dan Kayra, Meggy yang masih berdiri di sana melihat dengan perlahan Jovi berjalan menyeberang dan mengendarai motornya yang terparkir di area café.
"Tunggu pembalasan gue, lo Jo." Ia mengeraskan rahang.
***
"Kok nggak dimakan?" Tegur Maria. Saat ini mereka tengah menikmati makan malam di meja makan. Begitupun dengan Allen.
Kayra yang tersentak dari lamunannya kemudian menoleh pada sang ibu. "Ah? Iya Ma..."
"Dia kenapa Len?" Andrew menoleh pada keponakannya yang berada di samping depannya. Kayra menatap Allen dengan tatapan penuh peringatan agar cowok itu tidak menceritakan yang sebenarnya.
Allen tersenyum pede sebelum berucap, "Ehm... biasa Om. Remaja... masalah cowok..."
"Kak Allen!" Kayra berucap geram. Ia menggenggam
"Ups! Hehe..." Allen nyengir konyol. Sedangkan Kayra hanya bisa memanyunkan bibirnya kesal.
"Bener?" tanya Andrew mencoba memastikan.
Kayra diam. Ia menusuk-nusuk daging di piringnya. Membayangkan itu wajah Jovi yang sudah menyakiti perasaannya dengan kata-kata yang menyakitkan tadi.
"Dek?" panggil Andrew pelan.
Kayra menoleh ke pria itu. "Hah? Apa, Pa?"
"Kamu ada masalah sama Jovi?" tanya Andrew.
"Ada Om," celetuk Allen dengan seenak jidatnya dan setelahnya terbahak.
"Kak..."
"Cepat diselesaikan kalau ada masalah," tutur Maria.
Semuanya udah selesai. Ucapnya dalam hati.
"Iya Ma..."
"Kalau kamu ada masalah tapi tidak segera diselesaikan antar kedua belah pihak nantinya akan ada yang dirugikan, Sayang. Kayak Papa sama Mama dulu. Kita berantem hanya karena masalah sepele. Dan akhirnya memilih putus," ungkap Maria. Allen yang ikut mendengarkan hanya manggut-manggut sembari meneruskan makannya.
"Tapi Mama masih cinta sama Papa. Jadinya dia ngajak balikan." Andrew berucap dengan pedenya.
"Eh... kamu gitu yang ngerayu-ngerayu sampe nelponin telepon rumah terus," elak Maria sambil menatap suaminya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komisi Disiplin✔
Teen FictionApa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata 'Komdis'? *** Berawal dari keterlambatan seorang muba di hari pertamanya MOS, yang membuatnya berhadapan dengan makhluk-makhluk yang berjulukan 'Komdis'. Kayrasaya Aditama, cewek cantik nan pintar...