PART 19.1 - TIKUNG-MENIKUNG?

7.8K 464 29
                                    

Miliki lah sifat malu. Malu terlambat sekolah maupun tidak mematuhi aturan.
###

Tok tok

"Iya, Ma, iya."

Suara ketukan pintu itu menyadarkan sanga penghuni kamar. Gadis itu terlihat sangat buru-buru merapaikan penampilannya. Ia memakai sepatunya dengan asal-asalan.

Ia melihat jam yang tertempel di dinding kamarnya seraya membetulkan letak kaus kakinya.

"Ah... Kay telat," ucapnya sendiri.
Dengan buru-buru ia membuka pintu kamarnya.

"Kamu kenapa sih sayang, kok tumben bangunnya telat mentang-mentang lagi halangan," ucap ibunya.

"Uh... Maaf Ma, kemarin Kay tidurnya agak kemalaman," sahut Kayra sambil berjalan menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.

Sedangkan ibunya berjalan di belakangnya.

"Ada taksi di depan nggak Ma?"

"Udah, Mama yang cariin. Papa udah berangkat tadi," jawabnya.

"Yaudah, Ma. Kay pamit. Assalamu'alaikum." ia mencium punggung tangan ibunya itu setelah menenggak habis segelas susu di meja makan.

"Wa'alaikum salam. Hati-hati." Ibunya menemani sampai ambang pintu masuk.

"Iya..." sahutnya sambil berjalan cepat. Karena 20 menit lagi gerbang sekolah pasti sudah ditutup dan perjalanan menuju sana pasti tidak berjalan mulus.

Ingat, ini Jakarta!

Tidak ada hari tanpa macet.

"Siap-siap, ada kakak senior!" teriak ibunya. Ia sengaja menggoda anak gadisnya itu.

Kayra yang mendengar samar-samar mendengus kesal.

"Pak, agak negebut ya," ucap Kayra pada sopir taksi itu.

"Siap!"

***

Setelah turun dari taksi, ia berjalan cepat. Berharap gerbangnya masih terbuka. Waktu masuk tinggal lima menit lagi.

Namun naas, doanya tidak terkabul gerbang depan sudah tertutup.

Ia berjalan pelan.

Ia menoleh ke samping kanan-kiri. Tidak ada orang.

Apa akan ada komdis lagi?

Apa dia akan mengalami hal seperti déjà vu?

Ia menggeleng pelan.

Apa yang harus dilakukannya?
Ia mengecewakan semua.

Seharusnya ia tidak teledor. Sudah tahu jika sekolahnya sangat memperioritaskan kedisiplinan. Tapi dia?

Bahkan pacarnya sendiri adalah seorang Komisi Disiplin.

Detak jantungnya tidak berhenti berdetak dengan kencangnya.
Ia berjalan dengan gemetar.

Tidak ada security, penjaga sekolah, yang bisa ia panggil.

Hah... rasanya sifat cengengnya akan keluar lagi.

Ia bejongkok di depan gerbang. Sambil membenamkan kepalanya di lututnya yang ditekuk.

Kerongkongannya serasa sesak dan sulit untuk bernapas. Ia terisak tanpa mengeluarkan air mata.

Bagaimana bisa ia sampai terlambat? Ia sudah kelas 11. Rutuknya dalam hati.

Detik itu juga ia mendengar suara motor yang berhenti di depannya.

Komisi Disiplin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang