Segara langsung melompat ketika motor yang ditumpanginya berhenti di gerbang Cellcom Corp.
“Thanks berat, Max,” ucapnya sambil menyerahkan helm.
“Eh, bentar, Ga!” Cowok yang membonceng Segara menyahut. “Nih, buat makan siang.”
Si Mata Abu-abu tak kenal basa-basi. Diambillah selembar fulus itu lalu dipeluknya Max dengan muka berlagak terharu.
“Tilimikici, My Max. Gue sayang banget sama lo!”
“Yaudah, cepet masuk! Pembimbing lo garang banget, kan?”
Segara menjejalkan uang ke dalam saku. Cepat-cepat ia meninggalkan sahabatnya yang mulai menjalankan motor. Namun, ketika ia sampai di pos satpam, langkahnya malah diinterupsi.
“Tahu sekarang jam berapa?” tanya pria berkumis baplang yang sejak tadi gatal ingin menghakimi.
“Saya udah izin telat, Pak.” Berkat cengiran andalannya Segara berhasil bersilat lidah. Tanpa menunggu interogasi selanjutnya, ia langsung melengos.
Segara melewati pintu lobi, melangkah cepat untuk mencapai lift, dan menunggu beberapa menit. Sesampainya di lantai enam ia langsung masuk ke ruang unit deployer. Tetapi belum sempat bokongya menempel di kursi, tatapan perempuan itu membuatnya salah singkah.
“Pagi, Ibu Cantik.”
“Tahu sekarang jam berapa?”
“Di London masih jam enam pagi, Bu.”
Alean tak menanggapi guyonan Segara. Ditampakannya muka sayu lengkap dengan suara dingin andalannya. “Ke mana aja kamu selama seminggu ini?”
Segara tak bisa bercanda lagi. Muka Alean sama sekali tak mengizinkan. “Ada urusan, Bu. Maaf, saya nggak sempat ngabarin.”
“Tiap hari Jumat juga nggak pernah masuk. Apa karena urusan juga?”
“Iya, Bu.”
“Urusan yang sama?”
“Iya, Bu.”
Alean mengembus napas jengkel. “Sekali lagi kamu mangkir, jangan harap tandatangan saya muncul di laporan magang kamu!” Setelah mengatakannya Alean langsung berlalu.
Fenina yang sedari tadi ada di antara mereka merasa panas dingin. Ia gemetaran, sangat kontra dengan Segara. Si mata Abu-abu itu tidak kelihatan takut. Sama sekali.
“Hai, Fen!” sapa Segara sambil duduk di sebelah Fenina. “Selama gue pergi, nggak ada yang godain lo, kan?”
Fenina menoyor kepala Segara. “Lo abis dari mana aja, sih? Kenapa baru masuk hari ini? Dan, tahu sekarang jam berapa?”
Segara mengusap kepalanya. Apa yang terjadi selama dia pergi? Kenapa semua orang menanyakan jam berapa sekarang? Kayak penganut time is money aja. Padahal seluruh dunia tahu, jamnya orang Indonesia itu terbuat dari karet. Janjian jam tujuh, datangnya jam sepuluh. Bilangnya OTW, eh, maksudnya OTW kamar mandi. Atau yang paling klise, jalanan lagi macet. Halah, paling macet di kasur.
*
*
*Siang di hari yang sama. Alean membawa anak magangnya ke lokasi lagi. Kali ini mau melakukan repair alias perbaikan jaringan yang terputus.
Tempatnya berada di sekitar Dago. Beberapa meter dari daerah yang biasa dijadikan lokasi car free day. Untuk tiang kesatu dan kedua, posisinya masih memungkinkan. Entah kalau tiang yang ketiga. Pasalnya, letak tiang tersebut bersebelahan dengan pohon dan atap bangunan, sehingga dapat dipastikan rimbun daun dan genteng akan menghalangi proses repair.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tesmak
ChickLitSetelah hidupnya dipermainkan nasib--di mana ayahnya kabur dan kekasihnya menghamili gadis lain--, Alean kembali digoda oleh suratan takdir. Ia yang hanya seoongok anak jadah diperebutkan LIMA lelaki sekaligus!!! 1. Cinta pertama yang pernah mengk...