Kencan 5000 Rupiah

12.3K 1.7K 384
                                        

Alean bukan tipikal manusia agamis namun ia percaya Tuhan takkan membiarkannya melangkah seorang diri. Dalam kekhusyuan shubuh ia memohon, merendahkan diri, mengharap, dan memanjatkan sederet doa.

Ya Allah, ampuni dosa hamba dan dosa ibu hamba. Semayamkan beliau di tempat tenang. Dan terimalah segala amal baiknya selama ia hidup.

Atmosfer yang syahdu bermain dengan serenade malam. Menimbulkan ketentraman tak ternilai. Mengarahkan jiwa yang terlena akan dunia. Memulihkan hati yang terluka.

Ya Allah, tolong bantu hamba. Berilah pentunjuk serta lapangkanlah hati ini dalam menerima apapun kehendak-Mu nanti. Aamiin.

Alean menutup pengharapannya dengan doa yang paling baik diikuti Surat Pembuka. Setelah tak ada lagi yang mau diadukan, dilepaskanlah telekung dan dirapikannya ke posisi semula.

Kemudian ia meraih ponsel di nakas sembari terkulai di atas pembaringan. Niatnya ia akan kembali tidur setelah memainkan hape beberapa menit. Kebetulan hari ini adalah Minggu. Kebetulan juga ia telah berjanji akan menjalani hidupnya lebih bahagia. Salah satunya dengan bobok cantik di Minggu pagi.

1 new message from D. E. Segara, tulisan itu muncul ketika Alean mencolek layar sentuhnya.

BU LEAAAAAAN! GAWAAATTT BENER2 GAWAAAAATTTTT!!!

Alis Alean terangkat sedikit. Lalu diketiknya: kenapa?

Kurang dari lima detik Segara sudah membalas: eh, kirain belum bangun. Hehe.

Alean menjawab lagi : Apa yang gawat?

Dan respons Segara : Nggak ada, tapi saya udah di depan rumah ibu

Wah, dia mau macam-macam, pikir Alean dalam hati. Hendak diabaikannya pesan itu, tapi beberapa detik kemudian Segara membalas lagi.

Kalau Ibu nggak turun, saya bakal teriak 😌

Oh, sialan! gerutu Alean setelah membaca ancaman tersebut. Ia tahu anak magangnya ini agak gila. Dulu saja ia nekat menelpon ambulans, jadi sudah pasti kata-kata tadi bukan gertakan semata. Mau tak mau Alean langsung keluar dari kamar——juga rumahnya.

"Kalau nggak gila, kamu pasti sudah sinting," sungut Alean sambil menghampiri pemuda di balik pagar. "Mau apa pagi-pagi ke sini? Kamu nggak lihat, langit aja masih gelap?!"

Dalam senyapnya shubuh wajah Segara hanya disinari lampu temaram. Tapi meski begitu, Alean masih bisa melihat senyum khasnya.

"Ke Dago, yuk."

"Ngapain?"

"Jogging," Segara menjawab. "Hayu, ih! Mumpung Minggu. Biar ketemu cewek cakep, eh ... maksudnya, biar sehat."

"Saya capek. Kamu pergi aja sendiri."

Segara menahan lengan Alean ketika gadis ini hendak melengos. "Ibu itu cantik, lho. Sumpah! Cuma sayang, perutnya buncit."

TesmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang