Hanya beberapa jam Alean berpisah dari Duo Kunyuk. Sore hari ia mengembalikan mereka, eh, malamnya sudah muncul lagi. Bersama Mbok Iyem.
Ketika datang, ART tersebut membuat Alean iba. Dua koyo menempel di pelipis, rambutnya acak-acakan, dan bajunya lusuh. Katanya, keadaan Mbok Iyem yang sedang sakit menjadi makin parah setelah Delvin dan Melvin muncul. Mereka bertingkah layaknya raja manja.
Saat itu mereka merengek kelaparan. Dan karena Mbok Iyem sakit, ia hanya membuat telur dadar. Gara-gara hal itu Duo Kunyuk mengamuk. Semua benda ditebar. Pakaian, buku, ransel, sepatu, hingga isi kotak pensil, dilempar ke sana ke mari. Mbok Iyem kewalahan menghadapi mereka, dia bisa tewas kalau masih seatap dengan mereka.
“Alien, kenapa kita ke sini?” Belum ketahuan siapa yang bicara. Saat ini Duo Kunyuk memakai kaos bola serupa.
“Aku mau ketemu klien,” jawab Alean tanpa menoleh. Acuh tak acuh.
Sejak insiden supermarket, Si Batu Independen memang bermetamorfosis. Menjadi lebih dingin. Dia selalu bicara seadanya, tidak peduli apapun yang dilakukan Duo Kunyuk, dan memancarkan tatapan muak ke arah mereka.
“Kita ikut turun?”
Alean menjawab dengan anggukan. Kemudian, ia membawa Delvin dan Melvin masuk ke dalam cafe. Disuruhnya mereka memesan apapun yang mereka mau, lalu diinstrusikan agar keduanya duduk manis.
“Lho, Alien mau ke mana?” tanya bocah yang kepalanya penuh keringat. Noda di kaosnya sangat banyak, kontra dengan bocah yang satu lagi. Di mana bajunya masih rapi dan tubuhnya bebas dari keringat.
Alean menengok ke punggung salah satu anak. Oh, ternyata yang penuh keringat dan banyak noda di kaosnya adalah Melvin. Sedangkan bocah yang sudah anteng melahap es krim, dialah Delvin.
"Alien, jangan tinggalin kita!"
“Anak cowok nggak boleh takut.” Alean menoleh ke jendela. Dilihatnya Tora sudah ada di tempat parkir. Lelaki itu menunjuk-nunjuk arlojinya. “Nah, aku pergi dulu.”
“Kami nggak mau ditinggal.” Melvin memegang tangan Alean. "Takut! Delvin, jangan makan aja! Tahan Alien supaya nggak pergi."
Delvin ikut memegang tangan Alean. Ia merengek, "Alien, jangan pergi..."
“Cuma sebentar, kok. Kalian jangan manja, dong!”
Setelah mengatakannya Alean langsung meninggalkan ruangan. Dua bocah itu menatap kecewa. Rupanya Alien memang berubah. Dari galak, menjadi nggak peduli. Huh!
“Makasih banget ya, Lean,” ucap Tora sambil melangkah ke gedung di sebelah cafe. “Nadia udah cuti melahirkan, makanya aku kewalahan.”
“Harusnya kamu nyari sekretaris baru!”
“Belum ada yang cocok.” Tora melirik ke wajah Alean. “Kamu aja gimana?”
“Nggak mau!”
“Di kantor cuma kamu yang bisa ngimbangin aku. Kerjaan kamu juga bagus. Bahkan, kemarin Pak Direktur ngerekomendasiin kamu, lho.”
Menjabat posisi yang diminta Tora berarti menambah kesibukan. Tidak, terimakasih! Alean sudah terlalu banyak urusan. Terutama soal Duo Kunyuk.
Sejak Alean mengubah sikapnya, kebrutalan dua tuyul itu makin menjadi. Status kenakalan mereka naik beberapa tingkat.
Alean sangat ingat hari itu, ketika berkas yang ia kerjakan berhari-hari berubah menjadi buku gambar. Ada banyak coretan di sana. Warna-warni dan tidak jelas! Benang kusut, bola, dan monster, itu yang mereka gambar.
![](https://img.wattpad.com/cover/87221906-288-k405950.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tesmak
Literatura FemininaSetelah hidupnya dipermainkan nasib--di mana ayahnya kabur dan kekasihnya menghamili gadis lain--, Alean kembali digoda oleh suratan takdir. Ia yang hanya seoongok anak jadah diperebutkan LIMA lelaki sekaligus!!! 1. Cinta pertama yang pernah mengk...