Pengacau

11.5K 1.7K 225
                                    

Melvin sedang menonton video di HP Segara ketika pesan itu tiba-tiba muncul.

Diffie, kamu sehat2 aja, kan?
Mami kangen bgt. Tolong angkat telponnya ya sayang

Tentu saja dia kaget. Baik di sekolah maupun di masjid, guru-gurunya pernah bilang; kita nggak boleh ngepoin privasi orang. Sekalipun cuma baca pesan.

Kemudian Melvin berpikir sebentar. Barusan nggak ada yang lihat Melvin baca sms itu. Delvin anteng melahap es krim, Bang Gara lagi ke toilet, Alean sama Om Tora asyik makan. Lagian, Allah Maha Melihat. Tadi Melvin lagi nambahin viewers di YouTube pake HP Bang Gara, lalu tiba-tiba ada sms. Allah pasti tahu Melvin nggak sengaja baca isinya.

"Melvin, kamu nggak boleh buka privasi orang," tiba-tiba saja Alean menegur. "Taruh hapenya dan habisin makanan kamu."

"Lean, Melvin nggak sengaja. Sumpah." Anak itu mengangkat dua jarinya. Mimiknya penuh penyesalan, bahkan ada kilatan sendu dari pancaran matanya. "Maaf ... "

"Minta maafnya ke Bang Gara, bukan ke aku."

Melvin tahu Alean tidak marah, tapi tetap saja ia merasa berdosa. Dan belum sempat ia menaruh kembali benda pipih di tangannya, si empunya ponsel sudah kembali.

"Bang Gara... maaf. Melvin..."

"Melvin buka chat-nya Bang Gara," cetus Delvin dengan mulut berlumur es krim.

"Melvin nggak sengaja, Bang. Sumpah. Maafin Melvin."

Sebelum Segara menjawab, ponsel di tangan Melvin kembali bereaksi. Lantunan drum yang ditabuh cepat itu berbunyi cukup lama. Dan siapapun tahu kalau hal tersebut merupakan notifikasi masuknya panggilan ke ponsel Segara.

"Ada telpon, Bang." Melvin mengangsurkan alat elka tersebut.

Segara meraihnya, minta izin sebentar, kemudian kembali kurang dari satu menit.

"Kok, cepet banget nelponnya?" tanya Melvin kepo. Hanya ia, Segara, dan Tuhan yang tahu siapa penelpon tadi. "Emangnya Bang Gara nggak kangen Mami?" tanyanya lagi. "Yang chat sama nelpon itu ibunya Bang Gara, kan?"

Segara duduk di kursi kemudian menjawab, "iya, tapi obrolannya emang nggak panjang, kok. Eh iya, gimana viewers YouTube-nya? Udah nambah berapa juta?"

"Nggak nambah." Melvin cemberut. Sudah hampir dua jam video itu ada di YouTube, tapi jumlah penayangannya kurang dari sepuluh. Itupun bekas Melvin semua. Yang pake ponsel Alean, Tora, dan Segara.

"Melvin nggak usah khawatir. Sebentar lagi videonya bakalan ditonton jutaan orang, kok," Segara berucap yakin diikuti akasi meneguk lemon tea.

"Emangnya bisa, Bang? Gimana caranya?"

"Upload-nya pake akun Abang," kecap Segara mantap. "Nih, lihat! Subscriber Abang jumlahnya banyak banget."

Mata Melvin melebar disertai kilatan takjub. Delvin yang baru mengeksekusi eskrim keduanya ikut tertarik. Dengan cepat ia mendekatkan wajah ke layar sentuh di tangan Segara.

"Itu Bang Gara?" tanya Delvin antusias. "Delvin mau lihat videonya, dong."

"Melvin juga! Melvin juga!" sahutnya tak kalah semangat.

Segara memberikan alat komunikasinya, Duo Unyu menerima dengan cepat. Sekali pegang saja keduanya langsung mahir memainkan ponsel. Apalagi Melvin. Anak itu tanpaknya sudah khatam dengan hal berbau gadget.

TesmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang