Uwampat

1.7K 291 118
                                    

(a/n raja uwampat)

Caltha

Setelah berkutat dengan buku-buku pelajaran dan lembaran soal yang menentukan hasil rapot selama kurang lebih dua minggu, akhirnya gue terbebas dari tai-tai itu. Hari ini sekolah gue mengadakan acara class meeting. Gue kebagian ikutan main basket sama lomba zumba.

"Anjing anjing anjing woy itu jangan sampe si Ghani kebobolan anjing." gue duduk di antara Cindy dan Gita yang dari tadi sama gregetnya kayak gue.

"WOY SEMPAK KAGA USAH MAIN KASAR BISA KALI OYY!" teriak Cindy sambil berdiri menunjuk kaka kelas yang main kasar.

"Anjing lah eta si Juna meni picabokeun." (trnslt: anjing itu Juna minta ditampar/tamparable)

Yak sekarang kelas gue X-1 lagi ngelawan kelas 11 IPS 2. Salah satu pemain lawan emang ada yang mainnya kasar dan gak peduli aturan. Hal ini membuat anak-anak kelas gue pada geram.

"MEK TAKIS MEK TAKIS! GEPLAK AE PALANYA MEK!" teriak gue saat Michael dibody oleh pemain lawan.

"Sembarangan lu Cal, nanti dia kena kartu kuning bego!" kata Cindy.

"BUNUH AJA NJING BUNUH!" Cindy malah teriak lebih keras.

Kenapa kita bisa berkata kasar sepuas hati? Karena guru-guru lagi ada di lapangan tengah menyaksikan pertandingan badminton, dan yang ada di lapangan futsal dan basket hanya siswa-siswi saja.

"Oper sini woy curut!"

"ITU SI ENTOG KOSONG!"

"Sundul woy kutu!"

Mereka memang memiliki panggilan lain saat di lapangan. Katanya biar pemain lawan gak tau siapa yang lagi kosong kalo lagi ngga jeli. Kan kalo teriak nama nanti ketauan. Kreatif juga ya anak cowo.

Ace menggiring bola lalu mengoper ke Rio. Rio sempat dihadang oleh Vino tetapi sebelum Vino merebutnya, Rio sudah mengoper kembali ke Ace. Mereka menggunakan taktik zig zag. Hingga akhirnya bola terakhir dioper ke Michael, ia mengelabui kiper yang seolah-olah dia akan menendang dengan kekuatan keras, nyatanya hanya tendangan kecil mengarah ke sudut gawang.

Bola itu menggelinding mulus ke dalam gawang, sementara sang kiper sudah kehebohan loncat ke arah berlawanan.

"GOL ANJENG MAMAM TU BOCAH!"

"Saik anjir Michael."

"Aduh Michael ganteng banget ngegol-in nya. Gol in aku juga aku rela!" teriakan salah satu anak kelas lain membuat gue mendelik ke arahnya.

Apaan si mau gue santet apa ya?!

Yang bikin tambah kesel, Michael malah mengedipkan sebelah matanya pada cewe itu. Jelas cewe itu langsung terbang menuju langit ke 69. Gue cuman melotot ke Michael lalu membuang muka. Pertandingan berakhir dengan skor 3-1.

Jam menunjukkan pukul sembilan lebih sepuluh menit yang berarti bentar lagi waktu istirahat. Perut gue emang udah ga bisa diajak kompromi jadinya gue, Cindy, Gita, dan Eleora pergi menuju lapangan tengah. Tak lama setelah kami sampe di pinggir lapangan tengah, bel sudah berkumandang, membuat seluruh siswa berhamburan ke arah kantin.

Kayak zombie anjir.

"Le, lu mau beli apa?" tanya Gita.

Ele hanya mengangkat bahunya tidak tau.

"Lu, Cal?"

"Mie aja deh kayaknya, tapi entaran aja pesennya, liat aja anjir penuh banget kaya ngantri cebong beranak!" jawab gue sambil celingak-celinguk mencari tempat duduk yang kosong.

Found | c.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang