Surat Yang Terakhir

832 61 14
                                    

Untuk kamu, sang pemilik punggung yang selalu menjadi kerja mataku sehari-hari.

Hai, kamu apa kabar? Sejak hari itu, saya gak pernah lagi tahu tentang kabarmu yang jauh disana, di tempat yang enggak pernah saya coba cari walaupun saya tahu kalaupun saya mencari kamu pasti sudah saya temui. Cuma saya gak mau, kalau hati saya semakin parah ketika menemui kamu.

Ketika hari itu, ketika kamu dengan santainya menjauh dari pandangan saya, ketika kamu meninggalkan saya dibawah jutaan gerimis langit yang menghujam saya, ketika kamu sama sekali gak melihat ke belakang. Saat itu, saya ingin menangis namun air mata saya seperti tertahan oleh mata saya yang terlalu fokus memandang punggung kamu menjauh. Saya ingin berteriak namun semua teriakan saya tertahan di tenggorokan, saya ingin mengejar namun rasanya kaki saya sangat berat untuk di gerakkan.

Saya terdiam pada saat itu, membiarkan hujan yang semakin deras terjatuh mengenai saya. Tetap berdiri walaupun sosok kamu sudah tidak dapat saya jangkau, dan akhirnya setelah sekian lama saya menguatkan diri, saya berbalik dan pulang. Dengan hati yang sehancur-hancurnya, saya menangis, membiarkan air mata saya turun mengenai bantal saya yang sama sekali tidak berdosa.

Namun pada malam itu, saya berjanji pada diri saya sendiri, kalau ini adalah tangisan terakhir saya untuk kamu, saya berjanji kalau ini yang terakhir kalinya. Karena saya gak akan mencari kamu lagi.

Walaupun saya bunuh diri dengan cara melepaskan kamu, walaupun saya berusaha mematikan perasaan saya sendiri dengan cara gak lagi mencari kamu. Namun saya yakin, tuhan masih menyayangi saya, walaupun takdir yang dibuatnya untuk saya sebegini menyedihkan, saya percaya kalau suatu saat nanti dapat berdiri sendiri, tanpa kamu di sisi saya.

Saya harus merelakan, memaafkan semuanya agar saya sendiri bisa bahagia. Saya mencoba rela ketika nanti melihat kamu bersama yang lain, saya mencoba memaafkan semua yang telah terjadi. Insyaallah saya dapat ikhlas.

Dan yang terakhir, saya akan menutup surat yang sepertinya terlalu panjang ini. Mungkin saja ketika surat ini kamu baca, saya sudah tidak ada di kota kita, dan mungkin saja ketika kamu membaca goresan pena saya di surat ini, perasaan saya ke kamu sudah tak lagi sama.

Salam perpisahan,

Dari saya, salah satu orang yang sangat mengagumi kedua mata kamu.

9-01-2017

Kulminasi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang