Kau boleh pergi ke tempat yang jauh, yang mungkin tak bisa aku jamah dengan tanganku ini. Atau kau memilih menghilang ditelan kebisingan klakson kendaraan dan waktu yang berlari-lari. Kau boleh lakukan itu semua, meski kau tahu, kaulah tempat pulang yang sempurna bagiku.
Kau boleh pergi dan menutup telinga serapat-rapatnya. Mungkin kau akan jenuh dengan doa-doaku yang meminta kau kembali setiap harinya. Kau boleh melakukan itu, sampai Tuhan membisikan ke telingaku bahwa aku harus tahu diri.
Kau boleh lenyap secepat mataku mengedip, kau boleh digenggam lalu-lalang orang di trotoar ibu kota. Kau boleh melakukan semuanya meski membuatku berdarah atau bahkan hancur.
Aku merelakanmu meski kaulah tempat pulangku, meski pada setiap malamnya ada doa yang ku sampaikan pada sang pencipta agar membuatmu tetap tinggal.
Aku merelakanmu, meski kau ibarat cahaya yang membuat aku memiliki arah dan tujuan hidup lagi.
Sekali lagi, aku merelakanmu meski diatas semua itu, ini menyakitkan.
Pergilah, aku merelakanmu.
23-11-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulminasi Rasa
Poezja(Complete) Dan pada kesempatan sisa-sisa hujan terakhir di bulan September aku meminta, berdoa, sekiranya mampukah semesta barangkali sekali saja mendengar laungan doa-doa panjangku. Yang berisi tentang kamu, rangkaian doa yang masih memintamu untuk...