Ada di suatu titik, dimana aku telah merasa kalah. Atau mungkin, sebenarnya aku sudah kalah sejak lama?
Ketika kamu menyakitiku untuk yang kesekian kalinya, dan memberi luka lebih parah dari sebelumnya, aku telah sadar, ini waktunya aku untuk mundur.
Dan semesta berkata padaku, engkau kan pergi dan aku akan hilang. Tak tersentuh, tak juga terlihat apalagi terjamah. Menghilang secepat kedipan mata dan hembusan angin senja.
Lalu, bagaimana dengan kepingan kenangan yang menumpuk? Lenyapkan saja, hancurkan. Atau, kau bisa bawa semuanya, karena aku tidak berkeinginan membuka luka lama.
Dan untuk hari-hari di masa depan, aku tak ingin mengingatmu di hari-hari itu, tak ingin tersenyum lagi ketika mendengar namamu, tak ingin merindu lagi ketika menatap hujan.
Aku akan hilang, kamu akan pergi, tak ada secercah harapan untuk pulang. Kamu sendiri yang telah merancangnya.
Jadi...izinkan aku untuk hilang ya?
29-03-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulminasi Rasa
Poesía(Complete) Dan pada kesempatan sisa-sisa hujan terakhir di bulan September aku meminta, berdoa, sekiranya mampukah semesta barangkali sekali saja mendengar laungan doa-doa panjangku. Yang berisi tentang kamu, rangkaian doa yang masih memintamu untuk...