Setidaknya, kau pernah ada.
Pada malam-malam panjangku, sekadar menghibur dan membicarakan hal-hal yang tidak penting lainnya.
Setidaknya, kau pernah hadir.
Di saat-saat aku hilang arah, kau mengulurkan tanganmu padaku. Meski tak digenggam erat, setidaknya, kamu pernah menjadi penyanggah disaat aku terjatuh.
Setidaknya, kau pernah singgah
Di kesempatan-kesempatan yang tak pernah aku duga. Kita pernah tertawa bersama, mengeluh tentang kehidupan masing-masing. Sampai, sampai aku sadar, aku terlalu memelukmu erat.
Aku akan selalu kembali padamu, bagai hujan yang selalu kembali menyapa bumi. Seperti itulah aku, yang selalu kembali, meski terkadang tak di inginkan kehadirannya.
Aku terlalu bahagia, sampai aku lupa, masih ada semesta dan waktu.
Aku terlalu nyaman, sampai aku terlena, kamu tidak pernah benar-benar ada untukku.
Aku terlalu terlalu buta, sampai aku tak sadar kamu telah menjelma bayang yang bisa hilang sewaktu-waktu.
Tapi, setidaknya, kau pernah datang.
Meski untuk berujung hilang.
23-05-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulminasi Rasa
Poetry(Complete) Dan pada kesempatan sisa-sisa hujan terakhir di bulan September aku meminta, berdoa, sekiranya mampukah semesta barangkali sekali saja mendengar laungan doa-doa panjangku. Yang berisi tentang kamu, rangkaian doa yang masih memintamu untuk...