Matahari baru sekitar satu jam yang lalu menerangi bumi, tapi keramaian di sebuah pasar di pinggiran jakarta telah berlangsung jauh sebelum terbit.
seorang gadis berusia sekitar delapan tahun berlari kecil menerobos kerumunan. Beberapa kali dia hampir menabrak orang atau barang dagangan, tapi tidak mengurangi kecepatan berlarinya.
sesampainya di sudut pasar yang agak sepi, gadis kecil tersebut menghentikan langkah. Ada yang membuatnya berhenti berlari.
tiga anak laki-laki yang bertubuh besar dan berusia lebih tua daripada gadis kecil itu menghadang langkahnya. Wajah ketiga anak tersebut sangar.
"Hebat banget.. semua daganganmu udah laku pagi-pagi begini", kata salah anak laki-laki seorang yang berambut pendek. Usianya sekitar dua belas tahun. Memang dia yang paling tua diantara yang lain.
"Iya..", kata si gadis dengan suara bergetar. dia melangkah lagi, hendak melewati ketiga anak laki-laki itu. tapi, anak laki-laki yang berambut pendek memegang tangan si gadis.
"Mana uangnya?" tanya anak laki-laki itu.
"Jangan, ini kan untuk disetor ke ibu kamu," jawab si gadis dengan suara memelas.
tapi, anak laki-laki itu tak peduli dengan jawaban si gadis. Dia melirik tas kecil yang tergantung di pundak si gadis. Tangan kanannya meraih tas berwarna biru kusam tersebut dan menariknya.
"Jangan!" seruan si gadis di balas dorongan keras. Tas yang dibawanya terlepas, dan si gadis terjerembab ke tanah becek.
anak laki-laki itu membuka tas biru milik si gadis lalu mengambil lembaran-lembaran uang kertas yang sebagian telah lusuh.
"Wah.. Uangnya banyak, ky kata salah satu teman nya
"Kita bisa kenyang nih," timpal yang lain.
"jangan, kak.. itu uang hasil penjualan hari ini. Nanti saya dimarahin lagi sama ibu kamu." kata si gadis memelas.
"EGP!" sentak si anak laki-laki, lalu tertawa keras.
tawa para bocah laki-laki tersebut menyulut kemarahan si gadis. Ini ketiga kalinya dia mendapat perlakuan seprti ini, seluruh uang hasil penjualan kue dagangannya dirampas oleh anak ibu pembuat kue yang memberinya amanat untuk berjualan. Akibat kelakuan anak itu, si gadis sering mendapat omelan bahkan cacian dari dari si ibu pembuat kue yang tidak mau tahu dan tidak percaya laporan si gadis tentang ulah anaknya. Si gadis tidak mendapat uang dan tidak bisa membeli makanan untuk dirinya dan adiknya yang masih berumur lima tahun. Mereka akan kelaparan satu hari itu kecuali ada yang brbelas kasihan dan memberi makan.
mengingat itu, si gadis jadi bertambah geram. Apalagi dia juga telah mendapat peringatan bahwa jika sekali lagi tidak membawa uang hasil penjualan, dirinya tidak boleh menjual kue lagi dan akan di laporkan ke polisi.
gadis kecil itu bangkit dan melihat kesekelilingnya. Tatapannya jatuh pada sepotong balok kayu sepanjang satu meter dan sebesar kepalan tangan orang dewasa, tidak jauh darinya. Si gadis cepat mengambil balok tersebut lalu menerjang ke arah anak laki-laki di depannya.
"KEMBALIKAN UANGKU!"
******
Dua hari kemudian, di ruang tahanan polisi.
Letnan Satu Melody Nurramdhani duduk di ruang tunggu polres cakung, Jakarta Timur. Perwira Pertama dari Paspampres itu serius membaca lembaran berkas yang ada dihadapannya.
pintu ruang terbuka, dan masuklah seorang petugas polisi bersama seorang gadis kecil berusia delapan tahun berambut panjang sebahu.
"Ayo, duduk disini," sapa Lettu Melody ramah pada si gadis kecil sambil menepuk-nepuk sofa di sampingnya.
Si gadis kecil duduk di samping Lettu Melody, sementara petugas polisi yang mengantarnya kembali keluar ruangan.
"Kamu Devi sabilla Putri?" tanya Lettu Melody.
Gadis itu mengangguk.
"Kamu tau kan, kenapa kamu berada disini?" tanya Lettu Melody lagi.
"Saya... saya telah membunuh....," ujarnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Girl
General Fictionjalan cerita, dan judul yang sama cuma ubah nama karakter jadi anak-anak JKT48, cerita dari Luna Torashyngu. cekidot ^.^