Part 32

945 116 1
                                    

Untung pintu gerbong terakhir tidak dikunci sehingga Devi bisa masuk ke gerbong kosong tersebut.

Gerbong berikutnya juga tidak terkunci, masalah baru muncul pada gerbong ketiga dari belakang. Di dalamnya terdapat tidak kurang dari dua puluh prajurit bersenjata lengkap. Sangat bodoh jika Devi masuk dan menghadapi mereka semua face to face. Dia harus mencari akal untuk bisa melewati gerbong didepannya.

Tidak ada cara lain selain lewat atap, Devi harus menempuh resiko itu. Dengan menggunakan pintu gerbong sebagai pijakan, Devi akhirnya berhasil naik ke atap kereta. Hembusan angin kencang dan dingin menyambutnya diatap, melambai-lambaikan rambutnya yang diikat kebelakang. Devi berusaha menjaga keseimbangan tubuh dan menjejakkan kaki di atap,agar keseimbangan tubuhnya terjaga, dia merunduk lalu berjalan perlahan melewati kereta. Angin kencang yang menerpa membuat dia hanya bisa melangkahkan kakinya senti demi senti.

saat mencapai tepi gerbong dan bersiap melompat ke gerbong di depannya, dalam kegelapan malam Devi melihat bayangan hitam di depannya.

Terowongan!

Devi cepat merebahkan dirinya hingga tubuhnya sejajar dengan atap kereta. Dengan cara itulah dia dapat melewati terowongan dengan aman. Cukup lama Devi berada dalam kondisi seperti itu sebelum akhirnya kembali melihat kerlip bintang di langit.

Sekarang saatnya!

Saat Devi melompat, hembusan angin kencang menghantam nya, membuat gadis itu kehilangan keseimbangan. Tubuh Devi terdorong dan hampir saja terjerembap ke bawah kalau saja tangannya tidak cepat meraih pinggiran gerbong.

 Tangan Devi sampai pegal menahan bobot tubuhnya, bekas luka tembak di bahu kirinya pun berdenyut nyeri kembali. Dengan susah payah akhirnya dia sampai di bordes antara gerbong restorasi dan gerbong penumpang. Devi melihat kearah gerbong penumpang, para prajurit masih berada di dalam, dengan aktivitas masing-masing. Ada yang mengobrol, tidur-tiduran, atau hanya duduk diam.

Kelihatannya aman. Saat itu pintu gerbong restorasi terbuka, seorang prajurit yang ingin ke toilet terkejut melihat kehadiran Devi.

Devi bergerak cepat memanfaatkan keterkejutan si prajurit. Cepat dia menarik tubuh si prajurit ke sudut kereta yang tidak terlihat dari dalam gerbong penumpang.

Selain dilatih bela diri fisik, para agen Jatayu juga dilatih bela diri praktis, termasuk melumpuhkan lawan dengan menggunakan totokan saraf. Devi termasuk yang paling menguasai teknik ini, dan itulah yang digunaknnya untuk melumpuhkan si prajurit. Dia menotok urat di leher prajurit tersebut, membuatnya langsung kehilangan kesadaran dan dijamin baru akan sadar beberapa jam kemudian.

Sekilas Devi mengintip ke gerbong restorasi. Ada dua prajurit yang sedang duduk sambil menikmati kopi, tidak terlihat yang lainnya karena terhalang lemari penyimpanan makanan. Tapi, Devi memperkirakan jumlah mereka yang berada di gerbong restorasi tidak lebih dari sepuluh orang, termasuk Veranda.

Kamu harus berani, demi keselamatan Veranda! kata Devi pada dirinya sendiri.

Devi mengeluarkan pistol dan menyerbu masuk ke gerbong restorasi. Target pertamanya tentu saja dua prajurit yang dilihatnya. Kedua prajurit terkejut melihat kemunculan Devi dan tidak sempat bereaksi. Devi bersalto kearah mereka, lalu langsung menotok mereka di titik yang tepat, mereka pun langsung tersungkur.

Devi maju dan mendapati Veranda duduk di dekat jendela, dengan tiga orang berada di sekitarnya. Para prajurit itu bangkit dan menembak kearah Devi, saat itu kereta bergerak menikung. Tembakan mereka luput! Devi terpaksa membalas menembak. Dia mengarah tembakannya pada dua orang yang berpakaian militer, dan tepat mengenai sasaran.

Veranda menjerit dan menutupi wajah dengan tangan saat tembak-menembak terjadi. Tapi, begitu menurunkan tangannya, dia langsung berteriak terkejut sekaligus senang. "Kinal?"

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang