Part 12

1.1K 131 1
                                    

"Teh Devi, kapan kita bisa punya mobil sendiri?" pertanyaan ank laki-laki berusia lima tahun itu membuat kakanya yang berumur delapan tahun tertegun.

"Teman-teman denzel cerita, katanya punya mobil sendiri itu enak. Nggak kehujanan dan kepanasan, dan kita bisa pergi ketempat yang kita inginkan. Tempat yang jauh juga bisa," lanjut denzel.

"Loh, tanpa punya mobil kita juga bisa pergi kemana aja kok. Kan bisa pake angkot, bus, atau naik becak mang dayat," jawab Devi.

"Taoi nggak enak, teh. Tetap kepanasan, apalagi kalo naik becak mang dayat.. Kasian mang dayat kalo ada tanjakan, harus turun dan mendorong becaknya," sahut denzel lagi.

Devi tersenyum mendengar kata-kata denzel. Tangannya membelai rambut adik kesanyangannya itu. "Sabar yah, teteh yakin suatu saat kamu pasti bisa punya mobil sendiri," kata devi.

"Bener, teh?"

"Iya, syarat nya kamu juga harus rajin belajar supaya pinter. Nanti kalo pinter, kamu bisa dapat duit banyak."

"Denzel mau. Mulai sekarang denzel akan rajin belajar supaya nanti bisa punya mobil sendiri," kata denzel bersemangat.

"Nah.. Gitu dong, itu baru adik teteh."

"tapi, teh... denzel harus belajar apa supaya bisa punya mobil?"

pertanyaan polos dari seorang anak kecil yang bahkan belum pernah bersekolah.

***

Kinal berdiri di pinggir sebuah jalan di bandung utara. Dia memandang rumah yang cukup besar dan mewah yang berada di seberang jalan. Dia lalu mengeluarkan selembar foto seukuran kartu pos dari saku jaket jinsnya. Foto seorang anak laki-laki kecil berusia tiga tahun yang telah kusam dan warnanya hampir pudar. Ini satu-satunya foto denzel yang dimiliki kinal. Diambil saat kedua orangtuanya masih hidup.

Rumah besar yang terus dipandangi kinal adalahrumah seorang perwira tinggi polisi, salah satu pimpinan di Polda jawa barat. Dialah yang mengadopsi denzel dari panti asuhan. Sejak selesei pelatihan, kinal langsung mencari informasi soal keberadaan adik kandung nya itu, dan akhirnya berhasil menemukannya. Tapi, baru sekarang dia punya waktu untuk mengunjungi langsung tempat tinggal denzel.

Sekitar setengah jam kinal hanya berdiri di seberang jalan sambil memandangi rumah tersebut. Dia sedang menunggu sesuatu. Tingkah laku kinal rupanya sedari tadi diperhatikan oleh seorang penjual batagor di dekat tempat kinal berdiri. Saat tidak ada pembeli, penjual batagor berusia empat puluh tahunan itu mendekati kinal.

"Cari rumah siapa, Neng?" tanya si penjual batagor, kinal menoleh ke arah orang yang menegurnya.

"itu rumah siapa, mang?" tanya kinal sambil menunjuk rumah yang sedari tadi dipandanginya. Bukannya dia tidak tahu, tapi hanya ingin memastikan.

"Oh.. itu rumah pak ramzy, polisi yang jenderal itu loh.. Neng ada perlu dengan pak ramzy? atau neng temannya jang Denzel, ya?" 

"Denzel siapa?"

"Denzel, anak nya pak ramzy. Anaknya baik neng suka beli batagor mamang. Tapi, sekarang kayaknya dia pergi deh."

Kinal hanya tersenyum kecil. Kalau dalam dunia intelijen, informasi yang diberikan tukang batagor ini sudah cukup untuk membuatnya di hukum mati dengan tuduhan membocorkan rahasia penting. Tapi, untunglah kinal sedang tidak berada dalam operasi intelijen apapun, dan si penjual batagor terlalu polos untuk mencurigai dirinya sehingga bersedia memberikan informasi tanpa diminta oleh kinal.

Sebuah mobil jenis SUV berhenti di depan rumah mewah tersebut. "Nah, itu jang denzel pulang..,," kata si penjual batagor.

"Itu mobilnya denzel, mang?" tanya kinal.

"Iya, tapi pak ramzy orang nya sangat disiplin. Walau telah dibelikan mobil, jang denzel belum boleh mengemudikan sendiri mobilnya sebelum mendapat SIM. Jadi, dia kemana-mana selalu memakai sopir," jawab si penjual batagor.

"Mamang tau?"

"Jang denzel sering cerita kalo pas beli batagor. Dia sebetulnya kesal karena teman-temannya udah boleh bawa mobil sendiri. Tapi, jang denzel juga ngga bisa melawan perintah ayahnya. Pak ramzy itu keras, tapi sangat sayang pada denzel loh, Denzel kan anak satu-satunya. Walau begitu, nggak semua kemauan denzel dituruti, termasuk soal SIM. Padahal pak ramzy kan jendral, tentu mudah bagi jang denzel jika ingin membuat SIM walau usianya belum cukup. Tapi, ayahnya nggak mau," cerita si penjual batagor.

Akhirnya, cita-cita kamu untuk punya mobil sendiri terkabul! batin kinal. 

Seorang anak laki-laki berusia lima belas tahun turun dari pintu belakang mobil. Anak laki-laki itu melihat kinal dan penjual batagor, lalu melambaikan tangan.

"Wah.. dia manggil mamang.. pasti dia kelaparan habis jalan-jalan," ujar si penjual batagor, lalu buru-buru melangkah menghampiri denzel.

Kinal memperhatikan denzel dan tukang batagor itu berbicara. Kelihatannya topik pembicaraan mereka bukan sekedar memesan batagor, tapi melebar ke hal lain. Yaitu tentang dirinya, beberapa kali si penjual batagor dan denzel menoleh ke arahnya.

Kinal merasa sudah saatnya pergi, di segera melangkah meninggalkan tempat tersebut diiringi tatapan heran denzel dan si penjual batagor.

***

Sebuah angkot yang berjalan dengan kecepatan sedang menyusuri JL.H. Juanda, Dago, tiba-tiba mengerem mendadak. Penyebabnya adalah mobil SUV yang tiba-tiba menyalip dan berhenti tepat di depan angkot sehingga menghalangi lajunya. Sontak sopir angkot kaget, dan seluruh penumpang angkot hampir terjerembap dari tempat duduk.

"Sialan!" maki si sopir angkot yang langsung keluar dari mobil. Dia ingin menghampiri pengemudi SUV tersebut dan mendampratnya. Tapi, dia langsung mengurungkan niatnya saat dari dalam pintu kemudi SUV keluar seorang pria berseragam polisi.

Denzel turun dari pintu belakang mobil dan mendekati angkot yang berhenti, diikuti oleh pria berseragam polisi yang menjadi sopirnya, si sopir angkot hanya bisa bengong.

Denzel melongok ke dalam angkot, dia memperhatikan penumpang satu-persatu, mengabaikan gerutuan karena perjalanan yang tertunda.

"Cari siapa?" tanya salah seorang penumpang yang berada di dekat pintu, seorang wanita berusia tiga puluh tahunan.

"Tadi ada penumpang cewek yang naik angkot ini," jawab denzel.

"Cewek yang mana?" tanya wanita itu lagi.

"Yang rambutnya sebahu, pake celana dan jaket jins biru," denzel menjelaskan deskripsi kinal yang dilihatnya dari kejauhan.

"Ooo.. Neng yang itu.. Dia udah turun di perempatan."

"Udah turun?"

"Iya..."

***

Di dalam angkot lain, kinal terdiam sambil terus menatap foto lusuh yang dipeganginya.

Maafin teteh, bukan nya teteh nggak mau ketemu kamu, hanya saja saat ini teteh nggak bisa. Tapi, teteh senang akhirnya kamu bisa hidup layak dan punya keluarga yang sangat menyayangi kamu, batin kinal dengan mata berkaca-kaca.

.

.

.

TBC

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang