Part 37

2.1K 169 21
                                    

Hari ini Veranda kembali bersekolah, setelah absen sekitar sepuluh hari. Veranda memang sangat shock atas peristiwa penculikkannya, dan butuh waktu untuk menyembuhkan trauma atas peristiwa tersebut. Bahkan sebetulnya waktu sepuluh hari termasuk cepat untuk menyembuhkan trauma seseorang. Veranda sendiri yang memutuskan untuk kembali bersekolah. Selain tidak mau lebih lama ketinggalan pelajaran, dia juga kangen suasana sekolah, terutama pada teman-temannya.

Veranda sendiri akhirnya diputuskan tetap bersekolah di Bandung sampai lulus SMA. Juga Rendy yang meneruskan kuliahnya di Australia. Hanya saja pengamanan terhadap Veranda jadi lebih di perketat. Selama sepuluh hari ini Veranda masih di kawal Paspampres, dengan segala protokolernya. Kabarnya hari ini pengamanan terhadap Veranda akan kembali di lakukan oleh Jatayu, dan mereka akan mengirim agen baru untuk mendampingi Veranda.

Agen baru? Mendengar kata itu, terus terang membuat Veranda jadi ilfil. Veranda mendengar kabar bahwa agen yg akan mendampinginya ini berusia jauh lebih tua, dan bersikap tegas serta disiplin. Sistem pengawalan terhadap Veranda juga ditambah dengan melibatkan lebih banyak agen. Membayangkan hal itu saja sudah membuat Veranda lemas. Terbayang kebebasannya akan kembali terampas, tapi Veranda tidak bisa berbuat apa-apa karena itu adalah syarat yg diberikan papanya kalau dia ingin tetap sekolah di Bandung.

Gue kangen elo, batin Veranda sambil memandangi foto dirinya dan Kinal yang berada di meja belajarnya. Tanpa terasa matanya berkaca-kaca.

Sejak menjenguk Kinal di rumah sakit, Veranda belum pernah bertemu lagi dengan gadis itu. Dia tidak tau bagaimana kabar Kinal. Yang dia tau, Kinal bukan lagi anggota Jatayu, sehingga tidak mungkin akan ditugaskan untuk kembali mengawalnya.

Suara ketukan di pintu kamarnya membuyarkan lamunannya.
"Veranda, kamu udah siap, belum? Orang yang akan mengawal kamu udah datang loh..." terdengar suara nenek Veranda dari luar.
"Eh... iya... udah, Nek. Sebentar lagi Veranda keluar..." jawab Veranda sambil berusaha menghapus air matanya.
"Cepat ya... nanti kamu terlambat."
"Iya..."

Beberapa menit kemudian Veranda keluar dari kamarnya dan langsung turun ke lantai bawah.
"Loh kok cemberut sih? Kenapa?" Tanya Nenek yang melihat wajah Veranda.
"Nggak papa, Nek..," jawab Veranda sambil duduk di meja makan, siap untuk sarapan.
"Wajah kamu kok ngga ceria. Masih sakit? Kalau belum sehat betul jangan dipaksakan sekolah," tanya Kakek yang juga beradadi meja makan.
"Nggak kok, kek. Veranda udah sehat kok. Beneran..."

Veranda melihat ke sekelilingnya. "Mana agen yang mau ngawal Veranda?" Tanya Veranda.
"Sedang ada dibelakang. Kenapa? Kamu ngga sabar pengen ketemu pengawal baru kamu?" Tanya Nenek.
"Nggak, cuma nanya aja."
"Orangnya baik loh, dan ramah...," kata Nenek.
"Dari mana Nenek tau orangnya baik dan ramah? Kan baru ketemu..."
"Kata siapa? Nenek udah kenal aku kok..."
Suara dibelakang Veranda membuat gadis tersebut menoleh, dan...
"Kinal?"

Veranda benar-benar tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. Dia sampai mengira ini hanya mimpi, Kinal berdiri di ambang pintu dapur, memakai seragam putih abu-abu dan membawa tas ransel warna biru.
Tanpa menunggu lama, Veranda segera bangkit dari kursinya dan melangkah ke arah Kinal. Dia lalu memeluk gadis yang telah menyelamatkan dirinya tersebut. Sangking gembiranya, Veranda memeluk Kinal dengan erat sehingga menekan luka di bahu Kinal yang belum sembuh benar.

"Aduh...," Kinal mengaduh kecil.
"Sory..." Veranda melepaskan pelukannya. "Lo... lo bener-bener balik ke sini? Jadi pengawal gue lagi?" Tanya Veranda meyakinkan.
"Yaaaa... mau gimana lagi... soalnya kan cuma aku yang bisa ngadepin kamu..." jawab Kinal setengah bercanda.

Veranda hanya tersenyum sambil menatap Kinal.
Tunggu sampai Shania dan Jeje melihat ini! Mereka pasti akan senang, batin Veranda.
"Kok malah bengon? Kamu ngga suka ya, aku balik ke sini?" Tanya Kinal.
Veranda segera tersadar. "Eh... suka.. suka banget kok...," jawab Veranda sambil berusaha menahan air matanya supaya tidak keluar. Tapi, kali ini yang akan keluar adalah air mata kegembiraan.
"Kalo begitu ayo cepat sarapannya, atau kita akan terlambat," ujar Kinal, lalu berjalan menuju meja makan. Di sana sarapannya telah disediakan oleh Nenek.

Veranda menatap punggung Kinal sejenak, sebelum akhirnya mengikuti temannya itu.
Pagi ini salah satu pagi paling indah yang pernah dialami Veranda.

END
^.^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang