Part 24

990 102 0
                                    

Devi membuka mata, dia berada di ruangan yang asing.
Dimana ini? Tanya Devi dalam hati.

Devi ingat, setela mendonorkan darahnya, dia lalu menunggu adiknya yang masih dalam keadaan kritis di ruang UGD hingga larut malam. Devi tertidur di bangku yang di sediakan, sekarang dia tiba-tiba terbangun di ranjang dalam sebuah kamar perawatan. Dia masih mengenakan kaos yang diberikan oleh ibu angkat Denzel sebagai ganti baju kerja nya yang berlumuran darah.

Siapa yang memindahkan ku kesini? Batinnya.
Pintu kamar terbuka dan masuk lah seorang perawat dengan membawa nampan berisi sarapan.

"Sudah bangun?" Tanya si perawat sambil meletakkan nampan di meja yang ada diruangan tersebut. "Ini sarapanmu, makanlah."

"Suster, kenapa saya ada di sini? Saya kan nggak sakit..," tanya Devi.

"Saya tau," jawab si perawat. "Pak Ramzy, ayah Denzel yang kemarin kamu banyu donor darahnya, meminta supaya kamu di bawa kesini, kebetulan ada kamar kosong."

"Oh.." Komentar Devi terharu.

"Selama kamar ini kosong, kamu boleh istirahat dulu disini. Pak ramzy yang akan menanggung semuanya, sekarang kamu sarapan dulu supaya badanmu kembali segar. Kamu kan kemarin habis donor darah, dan kelihatannya kamu juga habis cedera," kata si perawat.

"Bagaimana keadaan Denzel?" Tanya Devi.

"Denzel sudah melewati masa kritisnya tadi malam, sekarang dia sudah dipindahkan ke kamar perawatan biasa. Hanya saja dia harus banyak istirahat dan hanya keluarganya yang bileh menjenguknya saat ini," jawab si perawat.

Devi hanya terdiam.
***

Menjelang siang, Devi keliar dari kamarnya. Tubuhnya telah segar dan tidak ingin berlama-lama di dalam kamar padahal sedang tidak sakit, pamali kata orangtua dulu. Devi juga merasa sudah saatnya pergi, setelah mengetahui adiknya selamat dari maut.

Sebelum pulang, Devi menyempatkan diri mampir ke kamar Denzel di rawat.
Terlihat sepi, tidak ada seorang pun di depan kamar, mungkin karena masih pagi. Ayah angkat Denzel pasti belum kembali dari palembang, sedang ibu angkatnya mungkin pulang dulu kerumah setelah semalaman juga menunggui Denzel. Dalam hati Devi bersyukur, adiknya mendapat orang tua yang sangat menyayanginya.

Melalui jendela kecil di pintu, Devi melongok ke dalam. Denzel sedang terbaring, diam tidak bergerak, mungkin dia sedang tidur.

Setelah puas melihat kondisi adiknya, Devi berpaling. Tepat saat itu terdengar erangan dari kamar adiknya.

"Kak jangan pergi, kak... Kakak!"
Mendengar itu Devi segera kembali ke pintu kamar, dan kembali mengintip. Denzel berteriak-teriak dalam tidurnya. Mungkin mengigau.

Belum sempat Devi berbuat apa-apa, seorang perawat melewatinya, masuk ke kamar.

"Ada apa?" Tanya sang perawat sebelum menutup pintu kamar.

"Nggak tau, sus. Tiba-tiba dia begini," jawab Devi.

Perawat segera menghampiri Denzel yang terlihat gelisah. Dia mencoba menenangkan Denzel, lalu memberikan suntikan yang di masukan pada selang infus.

Tidak brapa lama Denzel mulai tenang. Perawat lalu memeriksa infus pada lengan Denzel, memastikan semuanya masih terpasang dengan baik.

Devi melihat semuanya dari depan pintu. "Kenapa dia sus?" Tanya Devi.

"Nggak kenapa-kenapa, cuma mengigau. Tapi, saya sudah berikan obat penenang tambahan. Dia harus banyak istirahat supaya tidak pendarahan lagi, jadi sebaiknya jangan diganggu dulu," jawab si perawat.

Devi mengangguk, dia hanya berdiri di depan pintu saat si perawat meninggalkan kamar Denzel.

Denzel memgigau, dan dia manggil-manggil aku. Kakaknya, batin Devi.

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang