Part 15

1.1K 109 1
                                    

Veranda adalah salah satu cewek populer di SMAN 132, tapi bukan yang paling popuer. Gadis yang paling populer adalah Nadse. Anak kelas XII ips 2. Tidak hanya cantik, Nadse juga anak orang kaya dan kapten tim basket sekolah.

Tapi, sejak papa veranda menjadi presiden, tingkat kepopuleran veranda meroket. Sifat nya yang ramah dan supel pada setiap orang walaupun berstatus anak presiden menyebabkan dirinya disukai siapa saja.

Tapi, tidak semua orang suka pada veranda. Dan salah satunya adalah Nadse, apalagi veranda akrab dengan Devan, yang sejak dulu disukai Nadse.

"Liat tuh si anak presiden, sok bener dia..." kata Nadse sambil mengarahkan pandangan pada veranda yang sedang ngobrol dengan devan di kantin.

"Udahlah Nad, ngapain lo mikirin dia. Lo mau cari masalah?" sambung Manda

"Jadi lo kira gue takut sama dia?" kata Nadse.

Bukan gitu Nad, tapi lo jangan sembarangan deh! Jangan lo anggep Veranda sama dengan yang lain," sahut Desy.

"Jangan kira gue bakal biarin tu anak ngedekatin Devan," gumam Nadse, tatapannya tidak lepas dari Devan.

***

"Hai, Devan.."

Devan yang sejak tadi ngobrol dengan teman-temannya di depan kelas menoleh. Terlihat Nadse di belakangnya sendirian.

"Hai, Nad.. Ada apa?" tanya Devan.

"Boleh ngomong sebentar nggak? penting," jawab Nadse.

"Boleh. Mau ngomong apa?" 

"Berdua."

"Ooo.. Iya," Devan seakan tersadar, lalu dia mengikuti Nadse ke sudut koridor.

Teman-temannya langsung ribut meledek, "Ciee.. cie.. Devan..," Tapi, di antara mereka ada yang tetap diam saja, Yama.

***

"Ada apa Nad?" tanya Devan.

Nggak, aku cuma mau nanya grup band kamu masih ada, kan?"

"Ooo... Itu..." Devan mengangguk. "Masih, emang kenapa?""Gini.. Om ku yang punya cafe di setiabudi lagi cari band untuk cafe nya. Kamu mau?" tawar Nadse.

Sebetulnya tawaran yang menarik, mengingat selama ini devan dan grup band nya paling hanya dapat tawaran bermain untuk pesta ulang tahun teman atau paling banter di acara bazar-bazar sekolah.

"Tapi, harus main tiap malm ya?" tanya devan ragu-ragu, mereka kan masih sekolah, kalau tiap malam main di cafe, bagaimana dengan pelajaran mereka?

"Nggak kok, aku udah bilang ke om kalau kamu dan yang lainnya itu teman sekolahku, dan om bilang kamu hanya main saat weekend atau hari libur. Honornya emang ngga sebanyak kalo kamu manggung tiap hari, tapi lumayan lah, masih bisa buat jajan," Nadse berusaha meyakinkan cowok yan ada dihadapannya.

Devan terdiam sejenak, mencoba mempertimbangkan tawaran Nadse.

"Gimana? kamu mau kan? soalnya om ku butuh jawaban segera, atau dia akan cari band lain," Nadse berusaha mendesak Devan.

"Mau.. mau deh," jawab Devan.

"Yaudah, pulang sekolah nanti kamu bareng aku ke cafe omku buat ketemu dia langsung."

"Nanti.. Pulang sekolah?"

"Iya, kenapa? nggak bisa? kamu ada acara lain?"

"Bukan, tapi ini menyangkut band, dan aku harus tanya teman-teman yang lain dulu."

"Nggak bisa ditanya sekarang? soalnya omku sibuk banget dan aku nggak tau kapan bisa ketemu dia lagi selain siang ini."

Devan menggaruk-garuk kepalanya. "Oke deh.. Kayaknya mereka juga bakal setuju," kata Devan akhirnya.

"Nah gitu dong, kita harus cepat atau rezeki kita disambar ayam," sahut nadse sambil tertawa.

***

Pulang sekolah, kinal melihat wajah veranda mendung. 

"Jangan tanya," kata veranda ketus melihat gelagat kinal yang sepertinya ingin bertanya, selama bersama veranda di sekolah, kinal sama sekali tidak melihat satu hal pun yang bisa membuat mood veranda berubah.

Atau mungkin gara-gara Devan? Kinal memang tadi sempat melihat Devan masuk mobil Nadse. Kalau kinal melihat, berarti veranda juga melihatnya.

Jadi, ceritanya Veranda cemburu?

"Kamu cemburu sama Nadse, ya?" tanya Kinal.

"Cemburu? siapa yang cemburu? emang apa hak gue ngelarang kak Devan pulang bareng Nadse? Cowok gue juga bukan," jawab veranda dengan nada ketus.

Benar dugaan kinal, Veranda memang cemburu.

"Gue bisa belajar bela diri dari lo nggak?" tanya veranda tiba-tiba.

Pertanyaan yang sangat mengejutkan kinal. "Untuk apa?"

"Pengin aja, bisa nggak? soalnya gue sering liat lo latihan pagi-pagi."

"Mm.. Boleh aja sih.. Tapi..."

"yaudah kalo gitu mulai ntar sore ya, kan ntar sore gue nggak kemana-mana," kata veranda semangat.

***

Ternyata Veranda serius, sore harinya dia sudah siap dengan kaus dan celana training.

"Kamu serius?" tanya kinal.

"Emangnya gue bercanda? ayo mulai!" sahut veranda.

Tidak hanya serius, veranda ternyata juga berbakat. Baru saja latihan, dia sudah bisa menguasai beberapa gerakan dasar yang diajarkan. Kinal memang sengaja hanya mengajarkan gerakan taktis bela diri yang dibutuhkan dalam keadaan terdesak dan mudah dipelajari. tapi walau begitu tetap saja dia kagum dengan keseriusan veranda. Tadinya kinal mengira veranda hanya bercanda dan yakin gadis itu akan menyerah begitu merasa capek. Kenyataan nya veranda seperti tidak mengenal lelah dan terus memaksa kinal untuk mengajarinya. Dia baru mau berhenti saat adzan maghrib berkumandang dan neneknya memperingatkan karena hari mulai gelap.

"Besok lanjut lagi ya," kata veranda.

Kinal hanya mengangguk.

***

Sampai malam kinal masih berpikir, kenapa veranda tiba-tiba ingin belajar bela diri? Padahal tidak ada apapun yang mengancam jiwanya. Kalaupun ada, dia di bawah perlindungan penuh kinal dan Jatayu.

Jangan-jangan veranda ingin belajar bela diri karena sebal dengan Nadse? atau malah dengan Devan.

Yama hanya tertawa mendengar dugaan kinal itu.

"Kok malah ketawa?" tanya kinal.

"Bagus loh dia pengin belajar bela diri. Tugas kamu jadi agak ringan," jawab Yama di sela-sela gelak tawanya.

"Ringan apanya? kalau ternyata dia belajar bela diri cuma karena kesal sama orang lain kan gawat. Nanti aku lagi yang disalahkan," ujar kinal dengan mimik kesal karena di tertawakan Yama.

"Ya trugas kamu mencegah agar hal itu jangan sampai terjadi. Tapi, aku yakin veranda tahu kapasitasnya sebagai anak presiden dan nggak berbuat hal-hal yang bisa mencoreng citra ayahnya," ujar Yama.

Kinal tetap tidak yakin dekan ucapan Yama. "Lagi pula, aku tahu kok kenapa Devan tadi pulang bareng Nadse," lanjut Yama.

"Kenapa kak?"

Yama lalu menceritakan soal tawaran Nadse pada Devan untuk ngeband di cafe pamannya, Devan sendiri yang cerita pada Yama di kelas.

"Modus.." gumam kinal setelah mendengar cerita Yama.

"Kok kamu bisa berkesimpulan gitu," tanya Yama.

"Menurutku Nadse itu suka pada Devan, dan menggunakan segala macam alasan untuk bisa berdekatan dengan Devan," jawab kinal.

"Jadi sekarang kamu juga merangkap sebagai konsultan cinta?" tanya Yama sambil tersenyum.

"Yeee... Kakak..."

"Ingat, kita nggak boleh mencampuri kehidupan pribadi klien. Bahkan sebetulnya kamu nggak boleh mengajarkan bela diri pada veranda, kak Dhika pasti nggak suka jika dia tahu," tandas Yama.

.

.

.

TBC   

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang