Part 22

984 106 7
                                    

Dua bulan kemudian...

Hujan dengan intensitas sedang hingga besar membasahi jakarta sejak pagi, dan hingga siang belum ada tanda-tanda akan berhenti. Hujan sedikit mempengaruhi aktivitas luar rumah warga ibu kota, tapi sebagian warga tetap melaksanakan tugas.

"Sudah selesei?" Tanya seorang petugas keamanan swadaya pada rekannya yang baru saja masuk mobil.

"Sudah. Sekarang kita kemana?" Jawab rekannya seorang gadis.

Petugas berusia empat puuh tahunan itu membuka kertas yang ada di dasbor mobilnya.

"ATM di bekasi," jawabnya.

"Bekasi? Heh... Pasti macet jam segini," sahut rekannya sambil membuka tudung jas hujannya, terlihat wajah dan rambut yg di potong pendek sebahu.

Gadis itu Devi....

Sejak di pecat dari jatayu, Devi bekerja di sebuah perusahaan keamanan swasta yang bernama Securicom. Letkol Melo yang membawa dan merekomendasikan dia bekerja disitu. Letkol melo sebenarnya sempat menawari Devi untuk menjadi polisi atau meneruskan kariernya di militer di kesatuan lain, Tapi Devi menolak. Dia memilih menjadi warga biasa dan memiih pekerjaan nom militer, Devi juga memilih tinggal di jakarta agar bisa melupakan kenangannya di bandung.

Salah satu tugas Devi adalah mengantar karung-karung berisi uang yang akan di masukan ke ATM di seputar jabodetabek. Totalnya ada empat orang di dlam minibus yang di desain sedemikian rupa utuk keamanan tersebut. Seorang petugas securicom dan supir berada di depan, dan seorang lagi bersama petugas dari bank di belakang menjaga kantong uang.

"Jangan khawatir neng, Bapak tau jalan pintas biar nggak kejebak macet," jawab rekan Devi, namanya ihin.

"Bener pak, lewat mana?"

"Pokoknya tenang aja... Kita bakalan sampai tepat waktu."

Devi lalu meraih handy talkie (HT) yang terselip di pinggang nya.

"Siap."

"Oke pak... Kita berangkat," kata Devi pada pak Ihin. Kira-kira satu jam kemudian, lepas dari kemacetan jakarta, mobil melewati jalan kecil yg di kiri-kanannya masih berupa tanah kosong. Maklum, jalan yang nereka lewati adalah jalan di dalam sebuah kompleks perumahan yang baru saja di bangun. Keadaan sekitarnya masih sepi karena belum banyak rumah. Tapi, pak Ihin meyakinkan bahwa ini merupakan jalan yang singkat ke tujuan dan menghindari macet di kota bekasi.

"Sepi banget ya, pak...," kata Devi sambil melihat keluar jendela, terlihat beberapa rumah dalam proses pembangunan.

"Namanya juga komplek baru, Neng... Makanya belum banyak yang tau jalan ini, coba nanti kalo udah selesei dan banyak yang sudah tinggal disini. Jalan ini juga pasti akan rame," jawab Pak Ihin sambil mengemudi mobil.

"Pak Ihin sering lewat sini," tanya Devi lagi.

"Kadang-kadang aja, kalau jalan utama lagi macet. Terus terang bapak juga takut lewat sini kalau sendirian. Habis sepi banget biarpun siang, takut ada apa-apa."

"Oh..."

Tiba-tiba Pak Ihin menghentikan laju mobilnya. "Ada apa Pak? Kok berhenti?" Tanya Devi.

"Ada yang nutup jalan." Jawab Pak Ihin.

Devi melihat kedepan, didepan mereka terdapat tumpukan batu besar yang menutupi seluruh jalan sehingga kendaraan seperti mobil tidak akan bisa lewat.

"Aneh... Kok di tutup sih? Biasanya kan nggak," kata Pak Ihin.

"Mungkin lagi ada pengerjaan proyek di depan, Pak," jawab Devi.

"Mungkin juga, terus kita harus gimana?"

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang