Jam tiga dini hari...
Devi dan Juno tiba didepan sebuah pabrik yang koordinatnya tertera di HP.
"Ini tempatnya?" tanya Devi.
Juno melihat HPnya dan mengangguk. "Iya, yang ini."
Supaya tidak ketahuan, Devi memarkir motornya agak jauh dari area pabrik, lalu berjalan sejauh tiga ratus meter melewati jalan setapak hingga akhirnya tiba disisi kiri pabrik.
"Kapan teman-temanmu datang?" tanya Juno.
"Tergantung seberapa cepat mereka melacak sinyal HP ku," jawab Devi, dia lalu bergerak lebih mendekat.
"Mau kemana?" tanya Juno lagi.
"Aku akan mencari tau dimana Veranda."
"Nggak bisa nunggu teman-teman kamu?"
"Terlalu lama, kasian Veranda."
""Tapi, mereka tentara, dan kamu cuma sendirian."
"Kita kan berdua?" tanya Devi heran.
Juno menggeleng. "Aku bukan orang lapangan," katanya berusaha menolak.
"Tapi, kamu belajar bela diri dan menggunakan senjata, kan?"
"Iya, tapi..."
"Nggak ada waktu."
Devi mengeluarkan sesuatu dari balik pinggangnya. sepucuk pistol semi otomatis, lengkap dengan peredam. Dia mendapat pistol tersebut dari Hanna sesaat sebelum pergi ke bandung.
"kamu mau adu tembak dengan mereka? mereka satu kompi! seratus prajurit terlatih! lagi pula kamu bukan anggota jatayu lagi. Kamu nggak punya izin menggunakan senjata api. Melukai salah satu dari mereka dengan pistol ini, kamu akan berurusan dengan hukum," ujar Juno.
"Kamu kira aku peduli dengan semua itu? Berdoa saja semoga aku nggak harus memakai pistol ini," sahut Devi.
Mereka berdua mendekati pagar tembok setinggi lima meter. Di atas tembok terdapat gulungan kawat berduri yang tentu saja bakal menyulitkan siapa pun yang berhasil naik ke atas tembok.
"Kita nggak bakal bisa memanjat tembok ini," ujar Devi.
"Tuh, kan? lebih baik tunggu anggota jatayu," sahut Juno.
Devi menoleh dan memandang heran pada Juno.
"Ada apa?" tanya Juno.
"Kamu benar anggota MATA? kok penakut banget sih?"
"Ini bukan soal takut atau nggak, tapi soal logika. Kita berdua nggak akan mungkin melawan mereka."
Devi mengabaikan ucapan Juno. Dia berjalan menyusuri tembok, hingga akhirnya menemukan pintu lain di belakang pabrik. Kemungkinan ini pintu alternatif untuk keluar masuk buruh pabrik.
Sial! batin Devi.
"Sudah kubilang..." Ucapan Juno terhenti saat terdengar suara mobil dibelakang mereka.
Devi segera menarik tangan Juno, bersembunyi di balik pohon di pinggir jalan. Sebuah truk militer melintas, Devi mengintip bagian belakang truk yang tertutup terpal dan biasa digunakan untuk mengangkut tentara. Kosong!
"Ini jalan masuk kita," ujar Devi. Dia berlari mengikuti belakang truk yang berjalan pelan karena jalan yang rusak, dan naik ke bak truk.
"Sial!" rutuk juno.
Dia berlari mengikuti Devi. Sayang gerakan Juno tidak segesit Devi sehingga tidak bisa mengejar laju truk, sementara truk hampir sampai ke pintu gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Girl
General Fictionjalan cerita, dan judul yang sama cuma ubah nama karakter jadi anak-anak JKT48, cerita dari Luna Torashyngu. cekidot ^.^