Part 34

1K 118 2
                                    

Mereka berdua bersembunyi di balik dua buah batu besar yang terletak di sisi air terjun kecil.

"Diam, dan jangan bergerak," perintah Devi.

Melalui celah pada dua batu, Devi bisa melihat kearah tempatnya dan Veranda tadi beristirahat. Dari kejauhan muncul para prajurit Kesatuan Kobra. Mereka rupanya telah sampai sini, batin Devi. Para prajurit itu berhenti sebentar di tepi sungai, sambil beristirahat dan memeriksa keadaan sekitar. Tiba-tiba Devi melihat benda tertinggal di tempatnya tadi, berada di antara kaki para prajurit tersebut.

Daun pisang wadah air! Gawat kalau sampai ada yang melihat daun pisang tersebut! 

Para prajurit dari Kesatuan Kobra dikenal karena kelihaian bergerilya dan bertempur dalam hutan. Mereka bisa jalan berhari-hari dalam hutan tanpa membawa makanan dan minuman, dan itu pernah dibuktikan di hutan aceh dan papua saat membantu menumpas gerombolan separatis pengacau keamanan.

Salah satu keahlian anggota kesatuan kobra adalah kemampuan melacak jejak musuh. Petunjuk sekecil apapun bisa digunakan untuk melacak jejak musuh bahkan yang berjarak beberapa hari dari mereka, sangat berbahaya bagi Veranda jika mereka bisa melacak keberadaannya.

Devi melihat ke sekelilingnya, lalu mengamit lengan Veranda. "Kita lewat sini, dan pelan-pelan," bisik Devi sambil menunjuk jalan setapak di belakang mereka.

Mereka berdua beringsut berjalan melewati ke jalan setapak, pelan dan hampir tanpa suara. Jarak antara Devi dan Veranda dengan pengejarnya makin menjauh dan mereka hampir saja meninggalkan daerah tepi sungai, tapi...

"Apa ini?"

Mendengar suara salah seorang prajurit, Devi menoleh kebelakang dan walau tidak terlihat jelas, dia sadar bahwa kekhawatiran nya telah menjadi kenyataan.

Mereka telah menemukan daun pisang itu. Tinggal menunggu waktu sampai jejak kaki Devi dan Veranda juga ditemukan.

"Lari secepatnya menuju timur. Tadi aku melihat ada perkampungan penduduk tidak jauh dari sini. Cepat kesana dan jangan menoleh ke belakang..," ujar Devi pada Veranda.

"Timur?"

"Ikuti saja arah matahri terbit."

"Tapi..."

"Lari... Sampai kamu aman! Nanti kita bertemu disana!" Devi mengulangi ucapannya, kali ini dengan suara agak keras. Veranda terpaksa mengikuti perintah Devi.

Devi berbalik dan mencabut pistolnya. Dia bertekad akan menahan para prajurit tersebut semaksimal mungkin, hingga Veranda dapat menjauh, dan syukur-syukur bisa sampai ke tempat yang aman.

Para prajurit tersebut rupanya berhasil menemukan jejak Devi dan Veranda. Dua prajurit berjalan ke arah jalan yang baru saja dilalui kedua gadis itu, diikuti yang lainnya. Devi berlindung dibalik batu besar, menanti mereka sambil mencoba mengira-ngira jumlah para prajurit tersebut. yang terlihat mata mungkin hanya sekitar sepuluh hingga dua belas orang saja, tapi bukan tidak mungkin masih ada yang lainnya yang belum terlihat.

Prajurit yang terdepan tinggal berjarak kurang dari dua puluh meter lagi, dan Devi telah mengambil keputusan. 

Devi melepas peredam pistol nya dan mulai menembak, sasarannya adalah batu yang berada di seberang sungai. Suara tembakan menggema, membuat para prajurit mengambil sikap siaga.

"Kami dari Pasukan Pengamanan Presiden dan sekarang putri Presiden berada dalam lindungan kami. Atas nama undang-undang kami minta pasukan kalian mundur!" Seru Devi, dia berharap seruan nya ini bisa mencegah pertumpahan darah sebelum terjadi.

Tidak terdengar suara. Para prajurit tetap mengambil posisi siaga. Rupanya mereka juga tidak mau bertindak gegabah. Mungkin mereka mengira benar-benar ada pasukan Paspampres. Walau Kesatuan Kobra adalah pasukan Khusus, tetap saja mereka bakal berhitung jika berhadapan dengan Paspampres.

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang