Tepat setelah suara Yama terdengar di communicator, film tiba-tiba terhenti. Suasana studio menjadi gelap gulita. Ada sedikit cahaya dari arah pintu keluar yang dibuka, dan beberapa petugas masuk serta meminta para penonton untuk keluar.
"Maaf, karena ada masalah teknis, film tidak bisa dilanjutkan. Kami minta para penonton untuk keluar dengan tertib," kata seorang petugas melalui pengeras suara.
Walau diliputi rasa heran, para penonton mengikuti perintah petugas. Dengan penerangan dari lampu senter petugas, para penonton berbaris dengan tertib menuju pintu keluar. Masih ada satu-dua penonton yang mencoba menanyakan sebab sebenarnya pada petugas, terutama soal pengembalian uang tiket, yang oleh petugas hanya dijawab nanti dibicarakan setelah keluar dari studio.
Kinal yang telah tau apa yang sebenarnya terjadi harus segera mencapai veranda. Tapi dari posisi duduknya ke posisi duduk veranda terhalang beberapa penonton yang berbaris keluar. Kinal tidak mau melakukan tindakan yang cukup ekstrem seperti melompati kursi-kursi di depannya. Itu akan menimbulkan kepanikan dan kekacauan. Selama situasinya belum membahayakan, kinal memilih untuk bersikap biasa saja, yang penting veranda tidak lepas dari pengamatannya.
Tapi, dimana Veranda?
Dalam kegelapan kinal tidak bisa menemukan bayang-bayang Veranda. Tapi, dia yakin veranda termasuk diantara penonton yang berbaris menuju pintu keluar.
Semuanya berjalan lancar, hingga tiba-tiba terjadi desakan dari arah penonton yang berada di belakang, diikuti suara teriakan.
"Cepat! cepat! mall terbakar!"
Suara teriakan dan desakan itu kontan membuat penonton panik. Mereka berebut dan berusaha menyerobot barisan supaya bisa lebih dulu menuju pintu keluar. Penonton yang tadinya tertib menjadi kacau, situasi menjadi tidak terkendali. Banyak penonton terjepit, atau bahkan jatuh terdorong penonton lain. Seruan petugas agar penonton tenang dan kembali pada barisan bagaikan angin lalu, sama sekali tidak dihiraukan.
Kinal yang tadinya ingin bersikap tertib bersama penonton lain akhirnya mengambil tindakan yang tadi sempat dipikirkannya. Dia melompati bangku-bangku untuk mencari veranda. Tapi, kerumunan penonton yang panik mengganggu langkahnya.
"Veranda! Veranda!"
Akhirnya kinal melihat bayangan veranda di dekat pintu keluar.
Tapi, dimana Devan?
***
Anggota jatayu lainnya telah bersiaga di pintu keluar. Mereka meneliti satu persatu penonton yang berlarian keluar, hingga akhirnya....
"Kinal!" seru indra.
Kinal keluar bersama penonton lain.
"Mana paket kita?" tanya kinal.
"Loh? kami kira dia bersama kamu," tanya bayu.
"Nggak.. lampu di studio padam sehingga aku kehilangan dia," kata kinal panik.
"Sial!" rutuk Yama.
Dia lalu mengeluarkan alat pelacak dari saku jaketnya. "Dia masih ada didalam studio," ujar Yama kemudian.
"Didalam studio?" tanya kinal.
"Kalian berdua jaga disini, amati penonton yang keluar," kata yama pada indra dan bayu, kemudian dia meraih tangan kinal.
"Ayo," ajaknya sambil menarik tangan kinal, masuk kembali ke studio.
"Aku melihatnya menuju pintu keluar," kata kinal.
"Alat pelacak berbicara lain," sahut yama singkat.
Seorang petugas bioskop menghadang Yama dan Kinal di pintu, mencegah mereka masuk. Tapi petugas itu lalu menyingkir setelah Yama memperlihatkan kartu identitasnya.
Dengan memakai senter yang di pinjam dari petugas di pintu, Yama dan Kinal masuk keruang studio.
"Di sana," tunjuk Yama setelah melihat alat pelacaknya.
Kinal berlari menuju tempat yang ditunjuk Yama. Tempat yang dimaksud ternyata kosong, tidak ada seorang pun disana. Yama yang menyusul sambil menyorotkan senternya ke berbagai sudut tempat memastikan hal itu.
Kinal mengambil hap-nya dan menelpon veranda, terdengar getaran hp dan seberkas cahaya dari lantai.
"Hp-nya pasti terjatuh saat berdesak-desakan tadi," ujar kinal.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan dari arah ruang proyektor, dan ruangan yang gelap itu kini menjadi terang benderang, bau asap pun mulai tercium.
"Apinya sudah sampai sini!" seru yama yang segera menarik tangan kinal untuk meninggalkan tempat itu.
"Bagaimana dengan paket?" tanya kinal.
"Dia pasti sudah keluar!" jawab Yama.
***
Keadaan diluar bioskop ternyata sudah gelap, listrik telah padam dan bau asap sangat menyengat.Untung atap mall dibuat transparan sehingga sinar matahari sore masih bisa masuk, membuat keadaan tidak gelap gulita. Suara alarm kebakaran terdengar nyaring, berbaur dengan suara kepanikan orang-orang yang berebut keluar mall.
"Ring Dua, bagaimana status paket?" tanya Yama melalui communicator.
"Negatif kami belum menemukan."
"Teruskan pencarian, minta bantuan petugas keamanan dan polisi yang ada."
"Apa perlu kita lapor ke markas."
"Negatif. Kalian tahu risikonya jika markas tau soal ini," kata Yama tegas.
"Kita akan cari kemana?" tanya kinal.
"Dia pasti ada di antara pengunjung mall yang keluar. Kita mulai dari sana," kata yama.
Saat kinal akan melangkah, tiba-tiba atap atasnya runtuh. "Devi!" seru Yama. Refleks dia mendorong tubuh kinal sehingga gadis itu selamat. Tapi, akibatnya tubuh yama terkena besi yang runtuh dari atas.
"Aaaarrrggghhh..."
"Kak Vino!"
Yama tersungkur, saat potongan besi panas dari atas menghantam kakinya. Kinal cepat menarik tubuh Yama sebelum potongan besi lain jatuh. Dia melihat celana kanan pemuda itu gosong di bagian betis.
"Kak, bisa jalan?" tanya kinal.
"Aku, coba," jawab yama sambil menahan sakit.
Sementara itu asap semakin tebal di sekeliling mereka. Baunya makin menyengat dan mulai membuat napas sesak.
Kinal memapah Yama menuruni eskalator. Cukup sulit karena eskalator sudah mati sehingga mereka harus menapaki satu demi satu anak tangga. Apalagi dengan kaki terluka, Yama hampi-hampir tidak bisa berjalan sehingga membebani tubuh kinal yang lebih kecil.
Untung lah saat menempuh setengah anak tangga, mereka bertemu dengan petugas pemadam kebakaran yang telah memasuki area mal, yama pun segera mendapat pertolongan.
Lima menit kemudian Kinal mendapat kabar Veranda telah ditemukan, berbaur diantara penonton di salah satu pintu keluar mal. Sendirian. Tanpa Devan.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
First Girl
Fiksi Umumjalan cerita, dan judul yang sama cuma ubah nama karakter jadi anak-anak JKT48, cerita dari Luna Torashyngu. cekidot ^.^