Part 29

899 104 0
                                    

"Juno?" Tanya Devi tidak percaya.

Cowok yang berdiri di hadapannya memang Juno, siswa SMAN 132 yang dikenalnya di depan ruang guru. Hanya saja kali ini Juno tidak mengenakan kacamata. Hanya rambut lurus nya yang membuat Devi masih mengenali pemuda itu.

Tapi, apa benar Juno adalah salah satu anggota MATA? Bagaimana kalau bukan? Untuk apa dia tengah malam begini ada di tempat ini?

"Aku joker. Kamu mau tau soal Veranda,kan?" Tanya Juno.

Tidak salah lagi! Juno adalah salah seorang anggota MATA.

"Iya, kamu anggota MATA?" Tanya Devi.

"Aku tidak bisa bicara langsung."

Juno melihat ke sekelilingnya, lalu memberikan hpnya pada Devi, lengkap dengan sebuah earphone.

"Semua ada disini. Lihat dan dengarkan saja," kata Juno.

Devi menempelkab salah satu earphone pada telinga kanannya, lalu memuar video pada hp yang diberikan Juno.

Video itu menggambarkan lokasi yang diperkirakan menjadi tempat Veranda disekap, berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari anggota MATA yang berada di lapangan.

"Kalau kalian mengetahui dimana Veranda disekap, kenapa kalian nggak kesana dan membebaskannya?" Tanya Devi setelah melihat video tersebut.

"Tugas kami hanya mencari dan memberi informasi, bukan melakukan tindakan. Itu tugas kamu dan rekan-rekanmu," jawab Juno.

Tugas Jatayu?

"Lalu kenapa kalian tidak memberi informasi ini ke jatayu atau Paspampres? Kenapa harus ke aku?" Tanya Devi lagi sambil memberikan HP kembali pada Juno.

"Seharusnya memang informasi ini diberikan pada pihak yang berkepentingan, dalam hal ini Paspampres atau Jatayu..." Juno berhenti sejenak. Dia menatap Devi. "Tapi, kami lalu memutuskan untuk membantumu," lanjut pemuda tersebut.

"Membantuku? Membantu apa?"

"Kamu sangat pintar dan berbakat, sangat disayangkan jika bakatmu itu hanya digunakan sebagai tenaga petugas keamanan. Kamu bisa sangat berguna bagi negara ini," jawab Juno lagi.

Jawaban yang membingungkan Devi.

"Tapi..."

"Cepat segera hubungi teman-temanmu sebelum terlambat," tukas Juno.

Tapi, Devi malah menarik tangan Juno.

"Kita harus segera ke sana!"

"Kita?"

"Iya, kita."
***

Dhika menatap tajam pada Vino yang duduk di sebuah kursi. Dia kesal karena dibohongi oleh agennya sendiri. Titik Alpha seperti yang dibilang Vino sebagai tempat pertemuan dia dengan Devi ternyata tidak ada, sudah setengah jam lebih Dhika dan anak buahnya menunggu di sebuah tempat yang dibilang Vino sebagai titik Alpha, tapi Devi sama sekali tidak muncul.

"Kenapa kamu membohongi kami? Kamu ingin melindungi dia?" Semprot Dhika.

"Atas dasar apa kalian ingin menangkap Devi? Dia tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum. Bukan dia penculik paket kita," balas Vino.

"Dia menyembunyikan informasi penting, jika dia menolak bekerja sama dengan kita, patut diduga dia terlibat dalam penculikan ini!" Bentak Dhika.

Dhika pantas kesal, sebab sebagai pemimpin Tim Alpha yang bertanggung jawab atas keselamatan Veranda, kejadian penculikan atas putri presiden merupakab pukulan telak di akhir masa tugasnya di jatayu, dan mungkin akan mencoreng kariernya serta mempengaruhi kelancarannya masuk militer. Karena itu bukan hanya berusaha mncari Veranda, Dhika juga harus mencari siapa yang paling pantas disalahkan atas kejadian ini, siapa pun kecuali dirinya.

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang