Part 25

1K 105 2
                                    

Devi akhirnya balik ke jakarta.
"Jadi kamu menduga Devan sengaja menciptakan kebakaran di mal waktu itu untuk membunuh Veranda?" Tanya Hanna.

"Dia sengaja ninggalin veranda dengan alasan ke toilet, kemudian terjadi kebakaran. Apakah itu bisa disebut kebetulan," jawab Devi.

"Kamu benar, tapi kamu lupa satu hal."

"Apa, kak?"

"Motif. Untuk apa Devan membunuh Veranda? Bukannya mereka ngga punya masalah sebelumnya," tanya Hanna.

"Nggak perlu motif jika melihat latar belakang Devan," jawab Devi

"Tidak. Kamu tau kan, kenapa jatayu tidak bertindak? Kita tidak bisa bertindak hanya berdasarkan profil seseorang. Jatayu memang mengawasi Devan, dan selama Devan tidak menunjukan prilaku yang dinilai membahayakan Veranda, dia tidak bisa diamankan terlebih dahulu. Apalagi dengan latar belakang dia, jatayu harus bertindak hati-hati atau akan menghadapi masalah ke depannya," ujar Hanna.

"Tapi kenapa dia menghilang sehari setelah kejadian itu?" Tanya Devi tidak puas.

Hanna hanya menghela napas mendengar pertanyaan Devi.

"Kurasa sudah waktunya kamu bertemu seseorang," tandas Hanna.
***

Di tengah rintik hujan malam hari, sepeda motor yang dikendarai Hanna melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalan-jalan kecil di daerah bekasi. Untung saja hujan turun tidak terlalu lebat sehingga tidak menyebabkan banjir yang menjadi langganan di daerah jakarta dan sekitarnya saat hujan turun.

"Kita akan kemana?" Tanya Devi.

"Nanti kamu juga tau," balas Hanna.

Hanna akhirnya menghentikan sepeda motornya di depan sebuah rumah makan yang masih buka, padahal udah hampir tengah malam.

Rumah makan ini buka 24 jam untuk sopir angkutan antarkota, batin Devi.

Rumah makan ini memang terletak di pinggir jalan, walau tidak terlalu ramai, tapi paling tidak kendaraan yang lewat masih ada walau hanya satu dua kendaraan dalam waktu beberapa menit.

Seseorang pelayan rumah makan menyambut kedatangan Hanna dan Devi di depan pintu rumah makan.

"Ada kerak telor berkuah," tanya Hanna pada si pelayan.

"Tidak ada," jawab si pelayan.

"Kalau begitu tambah kan kuah seperempat bagian," ujar hanna lagi.

Pelayan itu terdiam sejenak mendengar ucapan hanna.

"Silahkan tunggu di dalam," ujarnya kemudian.

Hanna dan Devi pun menuju bagian dalam rumah makan yang berada di ruangan terpisah.

"Kok kita pesan kerak telor disini?" Tanya Devi.

"Ssssttt..."

Dibagian dalam ruangan Devi melihat seorang pria bertopi baseball duduk di pojok ruangan yang sedang membaca surat kabar, Hanna segera menghampiri pria tersebut.

"Selamat malam pak," sapa Hanna.

Pria itu medongak, dan Devi bisa melihat wajahnya. Ternyata masih muda, Devi memperkirakan usia pria tersebut sekitar empat puluh tahunan.

Pria tersebut melihat jam tangannya.
"Pagi," katanya singkat.

Sontak Devi melihat jam tangannya, pria itu benar. Sekarang sudah jam setengah satu, berarti sudah masuk dini hari.

"Silahkan duduk," kata si pria, dia kemudian menatap Devi dalam-dalam.

"Kamu yang bernama Devi?" Tanyanya.

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang