Kinal berdiridi salah satu ruangan di dalam markas besar jatayu. Tudak hanya dia, di situ juga ada indra, bayu, dan Baruna.
"Kenapa Paspampres bisa tau? pasti ada yang ngebocorin soal ini," kata Indra.
"Itu nggak penting. Yang jelas kita pasti nggak akan lolos kali ini," balas bayu.
"Hancur deh cita-citaku," sahut indra lemas.
Kinal mendengar semua itu dengan perasaan gundah. Dia mengenal hampir semua tim Alpha dengan baik, termasuk indra. Selain Yama, indra yang nama aslinya adalah Radit Anggara adalah anggota Jatayu yang paling dekat dengan Kinal. Cukup dekat sehingga Kinal bisa mengetahui sebagian kehidupan pribadi indra, termasuk cita-citanya. Kinal tahu cita-cita indra adalah masuk militer, dan Jatayu adalah jalan untuk memuluskan cita-citanya itu.
"Sudahlah... kita belum tau apa keputusan mereka untuk kita," ujar Baruna. Dia ikut terlibat karena mengetahui rencana Kinal dan yang lainnya tidak melaporkan ke posko. Baruna juga yang bertugas membawa mobil yang biasa digunakan untuk mengantar Kinal dan saat kejadian dia berada di basement mal.
Kinal merasa miris, dia merasa bersalah karena semua ini adalah usulnya. Walau Indra, Bayu, Baruna tidak secara langsung menuduh Kinal, tatapan mereka telah mengatakan apa yang ada di pikiran masing-masing.
Pintu ruangan terbuka dan Dhika muncul. "Kalian berempat boleh masuk," katanya.
Kinal dan ketiga anggota Jatayu itu memasuki ruangan berukuran 5x4 meter yang sehari-harinya merupakan ruangan brifing bagi para anggota Jatayu. Kali ini ruang tersebut diubah menjadi ruang sidang darurat. Sidang untuk menentukan nasib para anggota Jatayu yang dianggap melanggar prosedur dan membahayakan keamanan subjek pengawalan.
Di balik meja panjang duduk Kolonel Maulana, Letkol Melo, Dhika dan seorang bertubuh tinggi besar, mengenakan pakaian militer dengan dua bintang dibahu. Orang itu Mayor Jendral Azwan Dahlil, Komandan Paspampers.
Mayjen Azwan bangkit dari tempat duduknya diikuti oleh Kolonel Maulana dan Letkol Melo.
"Saya serahkan ini pada kalian," kata perwira tinggi tersebut.
"Siap, pak," jawab Kolonel Maulana dan Letkol Melo hampir berbarengan, kemudian keduanya kompak memberikan hormat pada atasan mereka itu.
Mayjen Azwan beranjak menuju pintu keluar. Saat berpapasan dengan Kinal dan ketiga anggota Jatayu lainnya, keempatnya juga memberi hormat militer.
"Sidang indisipliner akan segera dimulai," Letkol melo memberi kan pengumuman. Wajahnya sangat tegang, Kinal tidak melihat wajah keibuan Letkol Melo yang selalu memberinya rasa nyaman saat berbicara.
Keempat anggota Jatayu yang menjadi pesakitan itu berdiri berjajar di depan atasan mereka.
"Langsung saja," kata Kolonel Maulana. "Kalian berempat tau tuduhan yang diajukan pada kalian?" tanya kolonel Maul.
"Siap.. tau, pak!" jawab keempat anggota Jatayu."Dan kalian siap menerima apapun sanksi yang dijatuhkan pada kalian?" tanya kolonel maul.
"Siap! pak!" jawab keempat anggota Jatayu lagi, walau suara mereka tidak sekeras jawaban pertama.
Kolonel Maulana berhenti berbicara, matanya tajam melihat keempat anak buahnya. "Sebagai pimpinan kalian, terus terang saya tidak mengharapkan hal ini terjadi. Saya ingin semua anak buah saya disiplin dan menaati aturan tanpa kecuali. Peristiwa ini bukan hanya mencoreng nama Jatayu, tapi juga mencoreng nama Korps Paspampers secara keseluruhan. Presiden sendiri telah memerintahkan penyelidikan atas kejadian ini secara tuntas, dan sebetulnya pihak Paspampers telah memerintahkan untuk membawa kalian ke pengadilan militer. Untung saja, saya dan Letkol Melo berhasil meyakinkan Komandan Paspampers agar masalah ini dapat diseleikan secara internal. Salah satu pertimbangannya adalah karena kalian semua masih muda, dan ini merupakan kesalahan pertama kalian. Kalian juga mengaku bersalah serta menyadari kesalahan kalian tersebut. Kami juga harus menjamin bahwa kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi. Untuk itu, setelah mengadakan rapat dengan pihak Paspampers, kami berhasil mencapai kata sepakat dan menghasilkan beberapa keputusan, yang akan dibacakan oleh Letkol Melo. Silahkan..."
"Terima kasih, pak," Sahut Letkol Melo.
Letkol Melo lalu berdiri, di tangannya terdapat selembar kertas berisi nasib Kinal dan teman-temannya.
"Surat keputusan komandan kesatuan Jatayu, perihal pemberian sanksi untuk anggota yang melakukan tindakan indisipliner.." Letkol Melo mulai membaca.
"Menimbang dan seterusnya... Mengingat dan seterusnya... Memperhatikan dan seterusnya..." Letkol Melo berhenti sejenak.
"Memutuskan, Pertama.., berdasarkan hasil pemeriksaan yang di lakukan oleh tim pemeriksa internal bersama pimpinan Jatayu dan bukti-bukti yang ada, dengan ini menetapkan dengan nama-nama di bawah ini bersalah dengan tuduhan tindakan indisipliner, tidak mematuhi standard operating procedur, serta membahayakan keselamatan klien sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
"Kedua... atas pelanggarab diatas, mereka akan dijatuhi sanksi sesuai tingkat kesalahannya.
"Ketiga... untuk pelanggaran indisipliner, Agen Madya II Radit anggara dengan nama sandi Indra, Agen Madya II Bonar Hutapea dengan nama sandi Bayu, dan Agen Madya I Amar Akhsan dengan nama sandi Baruna... Ketiganya dijatuhi sanksi berupa dikeluarkan dari keanggotaan Tim Alpha dan tidak diperkenankan mengikuti kegiatan Jatayu selama enam bulan dan selama periode tersebut harus kembali mengikuti reevaluasi sebelum bisa kembali bertugas. Kenaikan pangkat ketiganya juga di tangguhkan selama satu tahun."
Letkol Melo berhenti sejenaksambil menatap tajam pada Indra, Bayu, dan Baruna. Ketiganya hanya bisa menunduk pasrah.
"Untuk pelanggaran idisipliner dan pelanggaran SOP... Agen Madya III Vino Fitralio dengan nama sandi Yama... dijatuhi sanksi berupa dikeluarkan dari keanggotaan Tim Alpha dan tidak diperkenankan mengikuti kegiatan Jatayu selama satu tahun dan selama periode tersebut harus kembali mengikuti reevaluasi sebelum bisa kembali bertugas, kenaikan pangkatnya ditangguhkan selama satu tahun."
Yama tidak hadir sehingga Kinal tidak bisa melihat reaksinya.
Letkol Melo kembali menatap Kinal, kali ini agak lama sebelum melanjutkan membaca.
"Untuk pelanggaran Indisipliner, melanggar SOP dan membahayakan nyawa klien, Agen Muda II Devi Sabilla Putri dengan nama sandi Kinal... dijatuhkan sanksi berupa..." Letkol Melo kembali berhenti. Dia menghela napas, seperti berat untuk melanjutkan.
Kinal merasa sesuatu yang buruk akan menimpanya kali ini.
"Sanksi berupa diberhentikan dengan tidak hormat sebagai anggota Jatayu. Kepada yang bersangkutan akan dikembalikan hak-haknya sebagai warga negara biasa dan tidak akan mendapat tunjangan sesuai ketentuan yang berlaku."
Walau telah menduga akan mendapati sanksi yang berat, Kinal sama sekali tidak menyangka dirinya akan di pecat. Dia dianggap melakukan pelanggaran terberat, karena dialah yang mencetuskan ide untuk melanggar SOP.
"Keempat, kepada nama-nama yang disebutkan di atas dapat mengajukan banding paling lambat tujuh hari sejak penetapan keputusan ini.
"Kelima, keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan bersifat mengikat." Letkol Melo mengakhiri bacaannya.
Anehnya, walau tidak menyangka dirinya akan dipecat, Kinal tetap tenang. Ucapan Hanna beberapa jam sebelum sidang telah membuka hati dan jalan pikirannya.
"Setiap tindakan pasti ada konsekuensinya, tapi jika kamu berpegang pada kebenaran dan prinsip-prinsip dasar kamu, apa pun konsekuensi yang akan kamu terima nanti, kamu akan bisa menerimanya dengan besar hati dan menganggap itu yang terbaik untuk kamu."
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
First Girl
General Fictionjalan cerita, dan judul yang sama cuma ubah nama karakter jadi anak-anak JKT48, cerita dari Luna Torashyngu. cekidot ^.^