Part 14

1.1K 112 0
                                    

Sejak saat itu kinal resmi bergabung dengan veranda dan gengnya, tidak ada lagi jarak diantara mereka. Di kelas, di kantin, di perpustakaan, dan dimana saja di lingkungan sekolah mereka terlihat berempat, terutama kinal yang selalu bersama veranda.

Tanpa terasa, kinal tidak lagi menganggap menjada veranda sebagai tugas. Pertemanan yang ditawarkan veranda dan teman-temannya membuat kinal menjadi bagian dari mereka. Bagi kinal, menjaga veranda kini adalah kewajiban sebagai seorang sahabat. Dia telah melibatkan perasaan yang sebetulnya sangat dilarang bagi setiap agen jatayu.

"Shania sama jeje kok lama amat sih?" tanya veranda saat mereka sedang hang out di mal. Shania dan jeje memang meminta ijin sebentar untuk pergi ke toilet.

"Bandel sih, sudah dibilangin jangan makan pedes!" omel veranda.

Kinal tau ucapan veranda sebetulnya ditujukan pada Shania, anak itu punya hobi makan pedas walau sering sakit perut sesudahnya. Veranda dan jeje telah puluhan kali memperingatkan sahabatnya itu, tapi shania tetap bandel.

"Kita foto bareng yuk!" Veranda menunjuk photo booth yang terletak di dekat mereka.

"Eh, tapi...," kata kinal merasa tidak enak.

"Ayolah, daripada bete nungguin disini...," tukas veranda sambil mendekati photo booth.

Kinal tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti veranda.

***

Malamnya, dalam kamar kinal memandangi foto dirinya bersama veranda yang dibuat di photo booth.

Aneh, rasanya sekarang kinal tidak bisa lagi menganggap veranda sebagai paket, atau bagian dari tugasnya. Dia mungkin harus menganggap veranda sebagai bagian dari hidupnya.

***

Hari ini kinal duduk sendirian di bangku di depan ruang guru. Sebetulnya tidak sendiri, karena dengan tugasnya sekarang, dimana ada kinal pasti ada veranda. Tapi, dimana veranda?

gadis itu rupanya sedang di dalam ruang guru, bertemu pak jumadi, pembimbing OSIS SMAN 132 untuk membahas proposal pentas seni yang menurut rencana akan diadakan dua bulan lagi. Veranda dipanggil karena masuk kepanitiaan, sebagai seksi perizinan. Posisinya sebagai anak nomor satu di negara ini diharapkan bisa mempermudah urusan perizinan pentas seni yang menurut rencana bakal diadakan besar-besaran di lapangan terbuka yang melibatkan banyak orang itusangat ribet dan memanfaatkan posisinya untuk mempermudah semua perizinan tersebut, emang ada sedikit unsur pemanfaatan jabatan sih.

Setengah jam sudah veranda berada di ruang guru, tapi belum ada tanda-tanda keluar.

"Kinal? kamu disini?" pak imran yang baru datang menegur kinal.

"Iya, pak..," jawab kinal pendek.

"Veranda, dia ada diruang guru?" tanya pak imran.

Sebagai Wakepsek tentu pak imran tau jati diri kinal yang sebenarnya. Hanya dia dan pak sahid, kepsek SMAN 132 yang tahu alasan sebenarnya kenapa kinal dan yama berada di sekolah ini.

Kinal mengangguk perlahan.

Pak imran tidak berkata apa-apa lagi, dia menoleh pada salah satu siswa yang datang bersamanya. Raut wajah kinal berubah saat melihat siapa yang datang bersama pak imran. Cowok kurus berkacamata itu cowok yang pernah menegurnya di kantin.

"Kamu tunggu disini," perintah pak imran pada cowok berkacamata itu.

"Baik, pak." 

Pak imran lalu masuk keruang guru, meninggalkan cowok itu bersama kinal.

"Kamu selalu bareng veranda?" tanya cowok itu sambil membenarkan kacamatanya.

"Kamu kenal veranda?" kinal balik bertanya.

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang