Part 10

1.2K 118 0
                                    

Konser grup Xlife yang diadakan di lapangan siliwangi penuh sesak. Maklum, grup tersebut memang lagi naik daun dan punya banyak penggemar di Indonesia, terutama di Bandung. Penjagaan terhadap veranda ditingkatkan. Kinal pun selalu berjarak tidak lebih dari lima meter dari veranda. 

"Keadaan sangat ramai," kata kinal melalui communicator.

"Status kuning. Semua siaga," balas suara wanita yang terdengar di telinga kinal.

"Kita masuk lewat mana?" tanya jeje bingung melihat ramainya calon penonton di sekitar stadion.

"Coba gue liat tiketnya," ujar shania, veranda memberikan tiket yang dipegangnya.

"Di sini tertulis gate 3. Berarti kita cari aja dimana gate 3," kata shania lagi.

"Tapi dimana? ke kiri atau ke kanan?" tanya jeje.

"Ke kanan. Pintunya dekat taman," ujar kinal tiba-tiba, ucapan kinal membuat yang lain menoleh ke arah dirinya, terutama shania yang menatap gadis itu dengan heran.

"Kok lo bisa tau?" tanya shania.

"Aku liat ada tanda petunjuknya saat kita lewat tadi," jawab kinal memberi alasan. Padahal dia telah menghafal denah lokasi konser yang di dapatnya dari panitia, sehingga tahu dimana pintu masuk, pintu keluar, dan pintu darurat jika terjadi sesuatu. Menghafal dan memahami denah lokasi yang akan dikunjungi oleh subjek pengawalan merupakan hal wajib bagi setiap anggota Jatayu dan paspampers sehingga mereka bisa memikirkan langkah keamnan yang maksimal bagi subjek. Walau pengamanan terhadap anak presiden tidak seketat penjagaan terhadap presiden, tetap saja faktor keamanan selalu menjadi prioritas utama.

"Eh, ve.. Itu bukannya teman sebangkunya kak Devan?" seru shania sambil menunjuk ke suatu arah.

Ternyata shania melihat yama di antara kerumunan penonton. Yama pun sempat menoleh dan melihat kearah mereka, tapi kemudian dia berbaur diantara penonton lainnya.

"Iya.. Yama," jawab veranda.

"Nggak nyangka kalo dia suka grunge juga," sambung shania. "Eh.. dia udah punya cewek belum ya?"

"Mana gue tau...," jawab veranda.

"Lo tanyain dong ke kak Devan," kata shania.

"Yeee.. mulai kumat deh ganjennya..," ledek veranda, membuat wajah shania memerah, jeje dan kinal hanya tersenyum.

"Dia disini untuk menjaga veranda juga, kan?" ujar jeje pada kinal yang berada disampingnya. Mereka berdua berjalan di belakang veranda dan shania. Di tengah hingar-bingar musik dari band pembuka dalam stadion serta hiruk-pikuk penonton, suara jeje hanya bisa terdengar oleh kinal.

"Maksud kamu?" kinal balik bertanya.

"Gue pernah liat lo berdua ngobrol dengan yama di perpustakaan. Dua siswa baru yang masuk hampir berbarengan ternyata saling kenal? gue rasa ini terlalu kebetulan. Apalagi setelah gue tau siapa lo," jawab jeje.

Kinal terenyak mendengar ucapan jeje. Pandangan dirinya tentang jeje yang dibilang veranda dan shania sebagai gadis tulalit atau telmi seketika itu hilang, ternyata dia ngga sepolos kelihatannya! batin Kinal.

"Dia juga bagian dari lo, kan?"tanya jeje lagi, Kinal hanya mengangguk.

"Syukurlah..."

"kenapa?"

"Nggak, tadinya gue nggak yakin kalo cuma lo sendiri yang menjaga veranda. Ternyata kalian bekerja dalam tim. Selain yama, siapa lagi yang menyamar untuk menjaga veranda? masa cuma kalian berdua?" Kinal menghentikan langkah dan menatap tajam pada jeje. Tatapannya sangat tajam sehingga membuat jeje merinding.

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang