Part 20

971 113 1
                                    

"Kamu belum tidur?"

Gadis berusia delapan tahun yang sedang duduk di beranda menoleh, seorang gadis dua puluh tahunan dan berambut pendek berdiri di sampingnya.

"Nggak bisa tidur, kak," kata si anak.

"Kenapa?"

Anak itu menggeleng.

"Ikut kaka yuk!" ajak di gadis.

"Ke mana?"

"Ikut aja."

Anak kecil itupun mengikuti langkah si gadis.

"Ini kan ke dapur?" tanya si anak.

"Benar."

"Mau apa kita ke dapur?"

"Kamu lapar?"

pertanyaan si gadis tidak langsung di jawab anak itu. Sebenarnya perut si anak memang lapar. Makan malam tadi tidak bisa mengenyangkan perutnya yang seharian ditimpa latihan keras. 

"Tapi, kita bisa kena hukuman kalo mengambil makanan di dapur tanpa izin," kata si anak dengan perasaan khawatir.

"Nggak bakal, asal jangan ketahuan aja," jawab si gadis.

 Mereka sampai di dapur yang pintunya tertutup rapat. "Di kunci," ujar si anak.

Sebagai jawaban, si gadis mengeluarkan sesuatu dari saku celana pendeknya. Sebuah kawat tipis bergelombang sepanjang sepuluh senti, dengan kawat tipis itu dia berusaha membuka pintu yang terkunci. Berhasil!

Si anak memperhatikan dengan takjub. "Kamu akan dapatkan pelajaran tentang ini tiga tahun lagi," ujar si gadis sambil menunjukan kawat tipisnya pada si anak sebelum menyimpannya ke saku celana, lalu dia masuk dapur.

"Gelap sekali," kata si anak yang mengikutinya.

"Jangan nyalakan lampu, lemari makanan ada di sebelah kananmu, dan kulkas ada di sebelah kirimu. Ambil seperlunya," sahut si gadis.

"Ngomong-ngomong sapa nama kamu?" tanya si gadis lagi.

"Devi," jawab si anak.

"Hai, Devi... aku Hanna."

***

sejak peristiwa kebakaran di mall, Kinal tidak pernah bertemu veranda lagi. Kinal langsung di bawa ke jakarta, ke markas besar jatayu dan di karantina hingga penyelidikan atas peristiwa di mall tersebut selesei.

Posko akhirnya mengetahui apa yang dilakukan para anggota jatayu sore itu. Seperti yang sudah bisa diduga, Dhika marah besar. Tidak hanya itu, kabar mengenai pelanggaran prosedur yang dilakukan Kinal dan yang lainnya juga sampai ke telinga paspampres dengan cepat. Entah siapa yang memberitahu, tapi pasukan paspampres berdatangan ke mall hanya beberapa saat setelah kejadian dan langsung mengevakuasi Veranda.

Siapa yang memberitahu Paspampers? batin Kinal.

Sebenarnya Kinal tidak perduli dengan apa yang akan menimpa dirinya. Dia sekarang lebih cemas akan kondisi Yama. Luka bakar membuat pemuda itu langsung dibawa kerumah sakit, dan sampai sekarang Kinal belum tahu kondisinya.

Veranda sendiri kabarnya sekarang masih trauma dan berada dalam rumahnya yang untuk sementara di jaga ketat oleh anggota Paspampres. Kinal sebetulnya ingin mngetahui kondisi veranda dan meminta maaf langsung padanya, tapi tidak punya kesempatan. Selain kolonel Maulana dan Letkol Melo, tidak seorangpun anggota jatayu yang diperkenankan mendekati putri presiden tersebut. Andaikata tidak di jaga ketat pun Kinal belum tentu bisa menemui veranda sekarang. Dia juga tidak bisa menanyakan kabar veranda lewat HP karena HP-nya disita oleh atasannya.

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang