Part 13

1.2K 120 0
                                    

RUU tentang praktik monopoli yang baru saja dikeluarkan pemerintah menimbulkan perdebatan. Tidak hanya di kalangan para pakar ekonomi, tapi juga dikalangan DPR. Jika RUU ini disetujui, pemerintah akan bisa memberantas berbagai praktik monopoli dan mafia diberbagai sektor di indonesia. Tentangan terhadap RUU datang dari pihak-pihak yang selama ini diuntungkan dengan sistem monopoli di indonesia, termasuk di parlemen dan partai politik, dan ini akan menjadi ujian politik pertama bagi presiden Tanumihardja.

***

"Papamu sedang menghadapi masalah negara yang cukup berat, jadi wajar kalau jadi agak sensitif," kata kakek setelah mendengar cerita veranda mengenai liburannya ke istana.

Veranda hanya diam. Memang, liburannya ke istana negara ternyata nggak semenyenangkan bayangannya semula, papanya ternyata sangat sibuk. Sangking sibuknya, hari libur pun dipakainya untuk rapat dengan para menteri yang berkunjung ke beberapa tempat. Papanya terlalu sibuk untuk sekedar menemani veranda berjalan-jalan keliling istana. Terlalu sibuk untuk sekedar mendengar cerita veranda selama beberapa bulan hidup terpisah. Bahkan terlalu sibuk untuk ikut makan bersama. Bagi veranda, papanya terlalu sibuk untuk menjadi seorang ayah. Mamanya juga punya kesibukan sendiri sebagai ibu negara. Bagi veranda, tiga hari berada di istana serasa berada ada dalam sangkar emas. Bukannya dia tidak bisa pergi jalan-jalan, bukan itu tujuan veranda datang ke jakarta. Veranda dateng karena kangen pada kedua orangtuanya dan ingin menikmati liburan bersama mereka. Liburan yang dulu selalu dinikmatinya saat masih tinggal bersama kakak dan kedua orangtuanya. Akibat bete saat di jakarta itulah veranda mempercepat kepulangannya. Dari rencana nya berada di sana selama tiga hari, menjadi dua hari. Hari minggu pagi dia sudah kembali ke bandung.

"Lagi pula, kenapa kamu tidak ikut mama mu?" tanya kakek.

"Males kek, mama kan acaranya kegiatan ibu-ibu, panti asuhan, atau ke pasar-pasar. Nggak asik ah, males!" jawab veranda.

"Kamu ini, seharusnya kamu ikut. Sebagai anak presiden, kamu harus mulai dekat dengan rakyat seperti papa dan mamamu. Kamu harus mulai peka, dan merasakan apa yang dirasakan oleh mereka," ujar kakek.

"Ah.. Kakek... Ngomongya udah kayak mama aja," sahut veranda.

"Eh, kamu dibilangin kok gitu," tegur nenek yang sedang menyiapkan sarapan.

"Bukan gitu, nek. Bukannya veranda antisosial, tapi veranda kan kesana untuk liburan. Bukannya malah ikut bakti sosial. Kapan-kapan juga veranda mau diajak mama ke acara-acara kayak gitu," kata veranda ngeles.

Kakek dan nenek hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan veranda. Tapi mereka maklum, veranda masih muda, masih butuh waktu untuk menyadari posisinya sekarang yang berbeda dengan gadis-gadis remaja lainnya.   

***

"Tau gitu gue kemarin ajak lo," ujar veranda di mobil.

"Kewenangan kami di dalam istana terbatas. Pengamanan di dalam istana sepenuhnya di lakukan oleh paspampers, termasuk untuk keluarga presiden," jawab kinal.

"Tapi lo bisa ngejaga gue di luar istana. Dan walau lo nggak punya kewenangan, bukan berarti lo nggak boleh masuk ke istana, kan?" kata veranda lagi.

"Untuk itu kami punya aturan tersendiri," sahut kinal singkat.

***

Hri pertama masuk sekolah setelah long weekend, ada sesuatu yang sedikit berbeda bagi veranda. Perbedaan itu adalah sikap shania. Shania sekarang lebih banyak diam, tidak seperti biasanya. Bahkan saat veranda iseng meminjam pulpen, shania langsung meminjamkan miliknya tanpa banyak bicara. Padahal biasanya kalo veranda pengin meminjam barang, shania pasti langsung buka suara, mulai dari bertanya soal alasan meminjam, sampai pada kuliah singkat supaya jangan kebiasaan meminjam barang orang.

First GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang