"Atha, udah maafin kalian. Tenang aja," lirihku.
Papa keliatan lesu hari ini. Mata pandanya udah jelasin semua. Mama pun begitu. Biasanya ia keliatan cantik dalam kondisi apapun, tapi tidak untuk hari ini. Ia hanya memoleskan bedak tipis untuk menutupi wajah pucatnya.
"Mama nggak akan maksa kamu buat bisa di pelajaran, Tha."
Itu. Itu adalah kalimat yang aku tunggu selama ini. Refleks, aku mulai meluk mama. Jadi, seperti ini rasanya disayang orang tua? Dibiarkan memilih apa yang kita suka?
"Papa pikir," papa berdeham, mencoba masuk percakapan, "kamu harus keluar dari semua bimbel,"
"Pa, tapi kata papa-"
Bukannya aku nggak mau keluar dari bimbel. Tapi kata mereka, nilaiku harus merangkak naik supaya bisa jadi juara kelas.
"-dan masuk ke klub kesenian. Papa juga nggak maksa kamu buat jadi dokter atau guru. Semua keputusan ada di tangan kamu. Yang terpenting, kamu harus bertanggung jawab sama pilihan itu."
"Papaa...." Rasanya benar-benar terharu. Mereka yang kukenal keras kepala bisa berubah pikiran sejauh itu.
Andai, mereka seperti ini sejak dulu. Pasti rasa sayangku akan lebih besar dari hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Junior. I Have A Crush On You [END]
Short StoryCiri-ciri secret admirer 'pada umumnya': Tahu nama orang yang dia suka ✔ Tahu semua akun sosial media dia ✔ Tahu dimana dia tinggal ✔ Tahu apa kesukaannya ✔ Tahu siapa nama sahabatnya ✔ Tahu setiap inchi kehidupan dia ✔ Tapi semua itu tidak berlaku...