37.5

731 68 0
                                    

"Buat apa sih lo temuin Atha lagi? Mau nyakitin dia?" Suara Rachel terdengar tak bersahabat saat menyambut kedatangan Devan.

Aku sendiri juga bingung, darimana Devan tahu rumahku. Omong-omong, aku sudah menceritakan semua masalah kemarin pada ketiga sahabatku.

Ternyata jatuh cinta diam-diam itu nggak enak. Mencari tahu sendirian itu serba salah. Jadi, kalau kalian punya sahabat, aku saranin buat minta tolong sama mereka. Walaupun nggak banyak membantu, setidaknya kalian nggak salah nama, soal orang yang kalian suka.

"Masih jadi adik kelas aja songong," Debby menimpali, tak kalah pedas.

Wirda ikut menambahkan, "Lo tahu, kan, kalau bohong itu dosa? Apalagi lo bohongin seorang wanita. Gue akui, lo berhasil nemuin cara buat nambah dosa dengan cepat."

Aku yang memerhatikan mereka dari kaca ruang tamu, dapat melihat Devan sedikit tertekan dengan sambutan tak baik dari sahabatku.

"Biarin gue ketemu dia. Biarin gue jelasin semuanya."

"Apa sih yang mau lo jelasin? Udahlah, lo mundur aja. Atha aja udah ngibarin bendera benci sama lo." Rachel terus membuat Devan ciut nyali.

"Gue nggak akan nyerah sebelum Atha nemuin gue," balas Devan mantap. Tak gentar dengan penjelasan Rachel.

Debby maju satu langkah, kemudian mengangkat tangannya ke atas. Aku yang melihat hal itu hampir keluar dari persembunyian dan menghentikan perbuatan Debby.

Tapi ternyata di luar dugaan, Debby malah mendaratkan tangannya di pundak Devan, lalu menepuknya berulang kali.

Setelah itu, Debby mengatakan satu hal pada Devan, untuk membuat Devan menyerah. "Biarin dia milih jalannya sendiri, biarin Atha nenangin diri. Lo harus jaga jarak sama Atha sekarang. Anggap, ini cara lo buat ngelupain Atha, yang sebentar lagi akan ngelanjutin study-nya di NAFA*. Lo nggak akan bisa ketemu dia lagi."

Aku menahan tangis. Debby mengatakan keinginan yang pernah aku ceritakan padanya.

Harusnya aku yang menjelaskan tentang kepergianku ke Singapura. Harusnya aku menjelaskan hal itu dengan bahagia. Lagi-lagi, keadaan yang membuat semuanya berubah dari rencana.

Tapi, ada hal yang membuatku semakin berderai air mata. Membuat ketiga sahabatku dibuat terkejut.

Adalah saat Devan menjawab, "Terserah. Gue akan nunggu dia sampai kapanpun. Buat jelasin semua kesalahan gue, dan perasaan gue selama ini," ada jeda sebentar.

Devan melanjutkan, "Supaya dia tahu, kalau gue yang lebih sayang sama dia, bukan orang yang selama ini ia harapkan."

(*) Nanyang Academy of Fine Arts

Hello, Junior. I Have A Crush On You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang