"Tunggu, lo ngomong apa?" Aku ingin memastikan kalau telingaku tidak salah dengar. Ya kali, gara-gara mikirin Devan jadi kedengeran yang aneh-aneh.
"Iya, lo yang disukai Devan," ulangnya, dengan lebih jelas.
Aku tertawa hambar, "Ah, nggak becanda, kan, lo?"
"Cewek maunya apa sih, dibilangin kalau doinya suka, malah nggak percaya. Kalau nggak dikasih tau, ribet sendirian bikin banyak pengandaian."
"Lo kenapa sih? Jadi jutek gitu." Ya, aku orang yang peka pada keadaan sekitar. Nggak kayak kamu, Dev.
"Bodo amat." Lalu melanggang begitu saja meninggalkanku. Padahal tadi terlihat baik-baik aja, kenapa sekarang berubah sensi.
"Gas, Agas," aku berusaha menghentikan langkahnya, tapi sepertinya ia pura-pura tidak mendengar. "A-" ucapanku terhenti saat ngelihat orang yang kusuka, Devan, kelihatan celingukan sana-sini.
Aku tersenyum tipis saat kamu melihat ke arahku. Sumpah, best feeling itu waktu aku natap kamu, ternyata kamu udah natap aku duluan.
Nah, worst feeling-nya itu ketika kamu pergi gitu aja, tanpa balas tersenyum. Seakan kamu salah 'natap' orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Junior. I Have A Crush On You [END]
Short StoryCiri-ciri secret admirer 'pada umumnya': Tahu nama orang yang dia suka ✔ Tahu semua akun sosial media dia ✔ Tahu dimana dia tinggal ✔ Tahu apa kesukaannya ✔ Tahu siapa nama sahabatnya ✔ Tahu setiap inchi kehidupan dia ✔ Tapi semua itu tidak berlaku...