Satu minggu sudah aku menghindar darinya, tapi ia selalu mencari celah untuk bertemu.
Aku malas, dan tak ingin membahas masalah itu. Atau sekedar mendengar penjelasan darinya.
Menurutku, itu sudah basi. Kenapa baru sekarang? Kenapa harus menunggu aku jatuh?
Hari ini, kita berada di belakang sekolah. Ia memaksaku mendengar ceritanya. Tapi kurasa, bukan aku yang harus mendengar cerita laki-laki itu. Tapi ia, yang harus tahu kekecewaanku.
"Gue minta maaf," ucapnya, bahkan ia tak takut menatap mataku.
Aku mendengus. "Karena alasan apa gue harus maafin lo? Sedangkan di sini, lo berhasil mainin hati gue."
Ia terdiam.
Aku melanjutkan, "Lo tahu kalau gue suka sama dia, kenapa nggak coba deketin gue sama dia? Lo juga tahu, kalau selama ini yang gue cari itu dia, kenapa malah lo putar balikkan keadaan?"
Aku menangis, di depannya. Hal yang tak seharusnya aku lakukan.
Tangannya terangkat ke atas, hendak menghapus air mataku. Tapi aku lebih dulu melangkah mundur.
"Jangan coba-coba," ancamku, masih terisak.
Ia terus berusaha mendekat. "Gue tau gue salah. Tapi tolong, untuk saat ini, biarin gue ngehapus air mata itu."
Plak!
Satu tamparan itu mengenai pipi kirinya. Ia hanya diam, sambil memegang bekas jajahan tanganku. Sedangkan aku, semakin larut dalam tangis.
"Kenapa lo lakuin semua ini? Setelah sekian lamanya, kalau lo tahu dari awal gue salah, kenapa nggak coba kasih tahu? Kenapa harus nunggu gue tahu sendiri? Lo banci tahu, nggak!"
"Gue... gue nyesel." Ia menarik rambutnya, sambil berteriak.
"Lo salah, ngomong nyesel sekarang. Kenapa nggak dari dulu? Lo pikir, gue nggak sakit diginiin?! Lo pikir, apa yang lo lakuin ini akan bikin gue suka sama lo? ENGGAK! Karena dari awal gue udah sayang sama dia!" aku menjelaskan, masih dengan emosi.
"Tapi, dia udah balikan sama pacarnya, dan lo tau itu!" Ia mengingatkanku.
Aku tersenyum getir, sambil mengusap air mata. "Ini nggak akan terjadi kalau lo jelasin semua hal bener ke gue."
"Dan nggak menutup kemungkinan, akhir cinta lo bakalan kayak gini lagi," balasnya, matanya ikut sendu.
"Seenggaknya, gue nggak terlalu dibodohi dan dibohongi. Seenggaknya, gue bisa sadar diri waktu lo cerita yang sebenarnya."
Ia terdiam.
"Gue percaya sama lo, sangat," akuku, " itu kenapa, gue mau cerita sama lo. Tapi apa lo bisa, nyatuin vas bunga yang udah pecah? Enggak, kan? Lo nggak akan bisa ngeraih kepercayaan gue lagi."
Ia mengusap wajahnya kasar. "Gue nggak tahu, harus ngelakuin apa supaya lo mau maafin gue."
"Cukup jauh dari jangkauan gue," ia tersentak. Aku melanjutkan, "Hebat ya. Gue kira, lo cuman jago main bola basket. Nggak tahunya, bikin drama semengenaskan ini."
"Nggak ada pilihan lain?"
Aku menggeleng. "Makasih ya, udah jadiin gue cewek terbodoh tahun ini. Lo pasti bangga bisa ngelihat kebodohan gue," ujarku sarkastik.
"Makasih, udah buat hari-hari gue berkesan," imbuhku.
"Kalau ada satu kesempatan...."
"Nggak ada. Kalau masalah kesempatan buat jelasin hal ini, gue kasih banyak kesempatan, kan? Lo sendiri yang terlalu takut buat memulai!"
"Atha, gue mohon." Ia kembali mendekat, aku mundur. "Suka sama dia cuman bikin lo sakit hati, kan?"
"Bukan dia yang bikin gue sakit hati akhir-akhir ini. Tapi lo!" Suaraku yang terdengar bergetar, membuat ia menghentikan langkah.
"Makasih, udah buat gue sangat kecewa," aku memberi penekanan pada dua kata terakhir. Ia masih berharap ada pintu maaf, atau setidaknya kesempatan kedua. Tapi sayangnya, hatiku terlanjur beku.
Kuhirup udara di sekitarku, untuk mengisi bagian sesak pada rongga paru-paru. Sambil menahan air di pelupuk mata aku menambahkan kata,
"Devan."
Sesaat setelah kusebut nama itu, air mata terjun bebas ke area pipi.
Ya, Agas yang kukenal adalah Devan asli.
TAMAT.
canda yekan :v masih ada beberapa chapt sama epilog kok. Udah ngerti sama konflik ceritanya? Udah ngerti kan, maksud ceritanya?
Oke, maapken kalau gabisa bikin baper:( akunya lagi bahagia, jadi nggak baper-baperan 😂
Ini chapter terpanjang dari cerita ini 😂 semoga menjelaskan semua maksud ya wwkwkw
Tinggalkan komentar ya, aku mau baca komentar histeris, kecewa, kesel, dkk. Itu moodboster bagiku 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Junior. I Have A Crush On You [END]
NouvellesCiri-ciri secret admirer 'pada umumnya': Tahu nama orang yang dia suka ✔ Tahu semua akun sosial media dia ✔ Tahu dimana dia tinggal ✔ Tahu apa kesukaannya ✔ Tahu siapa nama sahabatnya ✔ Tahu setiap inchi kehidupan dia ✔ Tapi semua itu tidak berlaku...