Sebenarnya, tadi itu aku baru dari kantin sama ketiga cecurutku (Ya, semoga Debby, Rachel, sama Wirda nggak baca kata terakhir tadi)
Terus apa ya? Nggak ada yang spesial kok, sampai akhirnya aku sadar kalau Rachel sama Wirda nggak kedengeran suaranya.
"Si mak judes, sama pecinta teori atom, mana?" tanya Debby, yang langsung peka sama keaadan.
"Nggak tau. Bukannya tadi ada di belakang kita? Yaudah, sih, mereka itu kelas 11. Kalaupun ditinggal, juga masih hafal sama jalan ke kelas," jawabku santai.
"Ada di belakang ternyata," Debby menambahkan saat melihat dua cewek yang ia cari sedang berbincang-bincang dengan guru.
"Asik, si Wirda dideketin guru PPL," cicitku.
"Orang pinter mah bebas," timpal Debby, lalu kami tertawa.
Hal yang nggak aku sadari, sedari tadi kita berdiri di depan adek kelas (ya, berhubung ini daerah kelas sepuluh, dan kelasku harus ngelewatin kelas ini) dimana ada kamu di sana, Jun.
Pasang wajah cuek, pasang wajah cuek, batinku mulai komat-kamit.
Hingga, ketika aku sama Debby ngelanjutin jalan, salah satu dari bertujuh adik kelas itu nyeletuk, "Kak, yang rambutnya digerai, pakai jam tangan biru, dicariin Devan, temen gue."
*PPL: Praktek Pelatihan Lapangan
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Junior. I Have A Crush On You [END]
KurzgeschichtenCiri-ciri secret admirer 'pada umumnya': Tahu nama orang yang dia suka ✔ Tahu semua akun sosial media dia ✔ Tahu dimana dia tinggal ✔ Tahu apa kesukaannya ✔ Tahu siapa nama sahabatnya ✔ Tahu setiap inchi kehidupan dia ✔ Tapi semua itu tidak berlaku...