"Atha?" lirih Devan. Ia dibuat terkejut dengan kehadiran perempuan itu. Seakan, ini adalah mimpi yang selalu muncul tiap ia tidur.
Beberapa yang ada di ruang ganti, satu per satu keluar meninggalkan mereka berdua.
Devan agak canggung dengan momen ini. Tapi, ia juga tidak menampik bila sangat senang melihat Atha mendatanginya.
Atha tersenyum lebar, kemudian ikut berjongkok di depan Devan. Beruntungnya, hari ini ia memakai celana, bukan rok.
"Iya ini gue. Mau gue tampar supaya percaya?" canda Atha, membuat Devan tak bisa menahan tawa.
"Lo..., ngapain di sini?"
"Gue?" Atha menunjuk dirinya sendiri. "Gue kangen sama lo."
Lagi, Devan mengerjapkan mata, tak percaya.
"Gue sangat kangen," Atha mengulangi.
Devan kembali mengerjap. Mulutnya pun ikut terbuka, mendengar ucapan Atha.
"Maafin gue," dan diakhiri dengan satu pelukan dari Atha.
Devan membalas pelukan Atha. "Harusnya gue yang minta maaf."
Atha mengusap air matanya perlahan.
"Gue tau, ini semua nggak bisa diubah. Tapi, gimana kalau kita coba ubah perkenalannya, jadi lebih berkesan?"
Dahi Atha berkerut. "Maksudnya?"
Devan menampilkan deretan gigi putihnya. Ia mengulurkan tangan, seperti hendak bersalaman.
"Kenalin, gue Augusta Devan Wijaya. Panggil aja Devan. Kalau lo lupa, dulu gue adek kelas lo di SMA. Oh iya, kalau lo siapa?"
Atha tersenyum sambil mengusap air mata. Ia terharu dengan usaha Devan membuat Atha bisa merasakan 'kenalan' pada umumnya.
"Gue Athalia Clara, kakak kelas lo," Atha menjawab, sambil meraih tangan Devan untuk bersalaman.
"Canggung, ya?" tanya Devan.
Atha menggelengkan kepala. "Sebenarnya, ini nggak perlu, Dev. Pertemuan kita di SMA kalau menurut gue, itu bener-bener unik."
"Lo inget, nggak, kejadian di halte?"
Atha memandang langit-langit. Membiarkan pikirannya kembali ke masa itu.
"Tentang quotes hujan bukan sih?" Atha mengalihkan pandangan ke Devan, dan dibalas Devan dengan anggukan.
"Walaupun hujan jatuh di tempat yang salah, selalu ada lautan yang menunggu dia jatuh di tempat sebenarnya," Devan mengutip, lalu memegang kedua pundak Atha, dan menatap manik cokelat itu lekat-lekat.
"Walau lo sempat jatuh cinta sama Agas, gue—sang lautan—percaya kalau lo, akan jatuh hati sama gue. Dan itu terbukti, kan?" tebak Devan.
Atha merasakan pipinya merona. Sambil menahan malu ia menambahkan, "Karena hujan tau, dimana tempat dia harus berpulang."
"Dan karena lautan percaya, kalau ia selalu jadi rumah yang dirindukan," imbuh Devan. Lalu mereka tertawa.
Mereka belum tau, apa seperti ini akhir indah yang sebenarnya? Tapi yang jelas, bagi Atha maupun Devan, akhir bahagia adalah ketika dua insan dipertemukan dalam keadaan saling cinta.
Karena Atha tahu, rasanya mencintai, dan membuat persepsi yang salah tiap bertemu dengan orang itu.
Dan Devan juga tahu, rasanya menunggu, memperhatikan, merindukan orang yang ternyata lebih suka sama sahabat kita sendiri.
Mereka sama-sama tahu.
Bila yang paling mudah adalah saling jatuh cinta.
____
tinggal satu bab lagi>.< btw, ini dikasih fun facts nggak.-.?
Nggak mau minta maaf ah. Nanti aja dijadiin satu waktu ending *eh.
Soalnya salahku banyak banget 😂
kuharap kalian mau maafin aku sebelum aku bilang 'maaf' 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Junior. I Have A Crush On You [END]
Kısa HikayeCiri-ciri secret admirer 'pada umumnya': Tahu nama orang yang dia suka ✔ Tahu semua akun sosial media dia ✔ Tahu dimana dia tinggal ✔ Tahu apa kesukaannya ✔ Tahu siapa nama sahabatnya ✔ Tahu setiap inchi kehidupan dia ✔ Tapi semua itu tidak berlaku...