Hujan.
Mama belum jemput, nggak ada yang mau nganter pulang, dan sekarang... aku terjebak di halte sambil dipeluk sama udara dingin.
Oh iya, Jun, kamu pernah denger filosofi hujan, nggak?
Sebenarnya filosofi ini buatanku sendiri. Nggak tahu deh bakalan terdengar keren atau aneh. Kapan-kapan deh bakalan aku jelasin.
Sambil ngelihatin titik air yang menjatuhkan diri di aspal, kursi panjang yang kududuki agak bergerak. Aku ngerasa kalau ada orang lain yang ikut duduk di sebelahku.
Sontak, kepalaku berputar tiga puluh derajat buat lihat orang itu.
"Lo tau, nggak, filosofi hujan?" tanyanya, masih menatap jalanan.
Kaus basket warna merah dan hitam nampak basah akibat menerjang hujan. Wajahnya tak asing.
Aku masih belum jawab. Agak aneh sama momen ini. Jadi aku mutusin diem dan denger penjelas dia. Apalagi pertanyaanya menarik.
"Awan tau bagaimana rasanya menjatuhkan 'hujan' di tempat yang salah. Tapi hujan percaya, selalu ada lautan yang menunggunya jatuh di tempat sebenarnya."
Aku membuang muka saat cowok itu mencoba menatapku.
Aku benar-benar speechless.
Bukan karena penjelasannya.
Melainkan karena dia tau filosofi hujanku.
Orang itu sahabat kamu, Jun.
___
bunga's note
maap lamaaa updatee. Insya Allah setelah ini jadwal update kembali teratur.
makasih buat yang udah nungguin 😘p.s.ada yang tahu kah makna filosofi hujan tadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Junior. I Have A Crush On You [END]
Short StoryCiri-ciri secret admirer 'pada umumnya': Tahu nama orang yang dia suka ✔ Tahu semua akun sosial media dia ✔ Tahu dimana dia tinggal ✔ Tahu apa kesukaannya ✔ Tahu siapa nama sahabatnya ✔ Tahu setiap inchi kehidupan dia ✔ Tapi semua itu tidak berlaku...