2. Snow White

109K 6K 310
                                    

Setelah keluar dari pesawat, Kevin mempercepat langkah kakinya, bahkan bisa dikatakan saat ini ia tengah berlari. Ia tak ingin para bodyguard itu mengikutinya kemana pun. Kevin bukan tipe remaja yang suka dikekang. Ia butuh kebebasan. Neneknya memang terlalu berlebihan, ia sudah besar dan tidak perlu dijaga seperti ini.

"Tuan muda, tuan muda!" Panggil salah satu bodyguard-nya.

Kevin tidak mempedulikan mereka, ia terus berlari. Tapi, melawan 3 bodyguard-nya yang bertubuh besar, mana mungkin Kevin bisa menang. Ia butuh tempat sembunyi di bandara Sepinggan yang luas ini.

Kevin mulai mengatur nafasnya. Sementara para bodyguard-nya masih berada jauh dibelakang, ia harus cepat mencari tempat sembunyi. Matanya menyusuri setiap tempat di bandara yang hari ini tidak terlalu ramai.

Dimana gue harus sembuyi? Pikirnya. Kevin tak lagi memedulikan tatapan orang-orang di bandara padanya. Saat ini yang ia pikirkan adalah dimana ia akan bersembunyi.

Tiba-tiba, matanya mendapati seorang gadis berkulit pucat yang saat ini sedang menggunakan sweater coklat. Gadis remaja itu sedang duduk di ruang tunggu. Tanpa pikir panjang, Kevin menghampiri gadis pucat itu lalu bersembunyi di belakang tubuhnya sambil berjongkok.

Para bodyguard-nya sudah berada di ruang tunggu, tempat Kevin bersembunyi. Kevin berusaha menutupi tubuhnya, ia takut para bodyguard berhasil menemukannya. Tiba-tiba, salah satu bodyguard-nya melangkahkan kaki menuju gadis berkulit pucat di depannya. Kevin semakin gemetar.

"Mbak, liat cowok setengah bule yang tadi lari ke sini gak?" tanya salah satu bodyguard Kevin. Gadis di depan Kevin hanya diam. Ia tak menjawab apa-apa. Bodyguard-nya terus bertanya, tapi gadis itu tak menjawab sedikit pun.

Merasa percuma bertanya dengan gadis itu, bodyguard Kevin pun pergi.

Setelah memastikan para bodyguard-nya pergi. Kevin berdiri dari tempat ia bersembunyi sambil berjalan dan menghadapkan tubuhnya tepat di depan gadis itu. Ia bermaksud berterimakasih pada gadis pucat itu.

"Hai. Makasih ya udah nyelamatin gue." Ucap Kevin sambil tersenyum manis padanya.

Gadis yang tadinya menundukkan kepala itu akhirnya menengadah. Wajah cantik gadis berkulit pucat itu tampak jelas di mata abu-abu milik Kevin. Rambut hitam yang lurus itu jatuh indah menutupi punggungnya. Wajah gadis itu manis seperti boneka.

Kevin tak bisa mengedipkan matanya.

Gadis itu hanya menatap wajah Kevin tanpa mengatakan sepatah kata pun. Kevin semakin bingung melihat gadis misterius itu. Dipangkuan gadis itu terlihat sebuah kotak kado dengan pita berwarna biru. Kotak kado itu tampak lusuh dan tidak seperti baru. Tapi, Kevin tak menghiraukannya.

"Gue Kevin. Nama lo siapa?" tanya Kevin lagi.

Lagi-lagi gadis itu diam, ia malah menundukkan kepalanya lagi sambil memandangi kotak kado yang saat ini ada dipangkuannya.

"Lo kok diam aja sih? Jangan terpukau gitu dong mandangin ketampanan gue." Ucap Kevin setengah bergurau.

Gadis itu tak menghiraukan gurauan Kevin.

Tiba-tiba handphone milik Kevin berbunyi. Kevin sudah bisa menebak siapa yang saat ini meneleponnya.
Dengan malas ia mengangkat telepon itu, lalu menjauhkan handphone-nya dari telinga, ia tak mau telinganya menjadi tuli akibat mendengar teriakan Neneknya.

"Kevin ... Kevin. Cepat pulang!" Ucap Neneknya.

"Iya, iya Nek, ini mau pulang. Kevin lagi nyari taksi. Yaudah, Kevin tutup ya Nek." Ucap Kevin cepat-cepat menutup teleponnya, ia tak mau lebih lama lagi mendengar omelan Neneknya yang super cerewet itu.

Love Without WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang