Dalam rangka memperingati hari ulangtahun Kevin Andreas 12 Maret kemarin (ceile bahasa gua) gue update ini. Sekalian melepas rindu dan melepas kekesalan untuk para readers yang belum baca 5 chapter terakhir. Semoga bisa mengobati kerinduan pada mereka. Chapter ini paling panjang, gak ada konflik yang berarti, dikhususkan untuk kalian yang pengen ngebaperin Kevin (yah walaupun g jg si wqwq).
Anggap aja ini flashback sebelum epilog yaw!
Enjoy xx
~~~
Seorang lelaki berambut kecoklatan yang mengenakan baju kaos putih baru saja keluar dari ruang kelasnya di Department of Electrical Engineering and Computer Science Faculty, Massachusetts Intitute of Technology (MIT). Ia meregangkan tubuhnya sambil memijat kepalanya yang terasa penuh oleh diskusi dengan Mr. Jonathan, Teaching Assistant (asdos) dan teman-teman setimnya tadi. Ah, terkutuklah problem set ini. Bila tidak extramely hard, bukan problem set ala MIT namanya. Ia harus memastikan bahwa seluruh informasi yang tadi ia dapatkan benar-benar dapat terekam dengan baik dan masuk ke dalam otaknya.
Bahasa komputer yang sulit dipahami orang awam dengan berbagai kode aneh adalah makanannya sehari-hari selama berkuliah di MIT. Tidur terlama sepanjang ia berkuliah di sini adalah 5 jam. Jadi, jangan heran mengapa kantung matanya semakin membesar. Meskipun begitu, pesonanya sama sekali tak luntur di kalangan wanita. Ia tetap setampan itu.
Baiklah, baginya semua ini menyenangkan. Mungkin suatu saat nanti ia bisa meretas Pentagon. Pemikiran bodoh. Ia tak ingin seumur hidup dijadikan buronan sebagai hacker. Tidak. Lebih baik, ia membuat program komputer yang bermanfaat bagi kemajuan Indonesia. Mungkin program security sehebat yang ada di Pentagon?
"Vin! Lo udah makan siang? Makan yuk," kata seseorang menepuk bahunya. Kevin tak perlu menoleh, karena ia sudah sangat mengenal suara itu. Teman sekamarnya di asrama, Tio, berasal dari negara yang sama dengan negara Kevin lahir, Indonesia. Setidaknya, Kevin cukup bersyukur memiliki teman seperti Tio. Ia tidak akan melupakan bahasa Indonesia, karena saat berkomunikasi dengan Tio, mereka sepakat untuk menggunakan bahasa Indonesia. Alasannya tentu saja untuk melepas rindu pada Indonesia dan... lebih nyaman berkomunikasi begini dengan Tio.
"Kenyang gue," kata Kevin cengar-cengir.
"Elah lo kenyang mulu. Badan lo makin kurus kerempeng begini lo bilang kenyang. Makan apaan lo?" Tio memutar matanya.
"Makan cinta lo," kata Kevin mengerling.
"Najis anjir dasar homo!" Tio langsung menjitak kepala Kevin.
"Kevin!" Kevin dan Tio menoleh ke belakang, ke sumber suara. Ada seorang gadis cantik berkulit eksotis dan berambut hitam tebal tersenyum manis di sana. Gadis cantik berdarah Spanyol itu melambaikan tangan, berlari kecil menghampiri Tio dan Kevin, "Kev, i've somethin' for you." Gadis itu membuka tasnya memberikan sebuah kotak bekal berwarna coklat kepada Kevin, "i know you haven' t had breakfast and lunch yet. So i made it by myself." Ia kembali tersenyum.
"Wahhhh... gracias Bella, i'll make sure there's nothin' left!" Bukan Kevin yang menjawab, justru Tio yang mengambil kotak bekal itu dan menjawab ucapan Bella.
Kevin menyenggol lengan Tio sambil melotot, namun detik berikutnya ia menoleh ke arah Bella, "wow... this is too much. But, thankyou Bella. This food must taste good." Kevin tersenyum ramah sambil menggaruk belakang kepalanya.
Bella tertawa melihat tingkah Kevin dan Tio, "oke see you tonight Kev."
Kevin hanya mengangguk dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Words
Novela Juvenil[COMPLETE, TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA] Seperti kisah romansa remaja pada umumnya, tentang remaja badung bernama Kevin Andreas yang hobi menjahili guru, bolos, berkelahi, dan bergonta-ganti pacar, seketika berubah seratus delapan puluh derajat ketika...