13. Apprehensive

45.3K 3.3K 51
                                    

Tiit tiitt tiitt, suara alat pendeteksi jantung memecah keheningan di ruangan serba putih ini.

Sepi.

Kevin membuka matanya perlahan, silau. Cahaya lampu yang begitu terang ini seakan menusuk tepat ke bola mata abu-abu milik Kevin.

Nyeri terasa di sekujur tubuhnya ketika ia mencoba bergerak sedikit.
Kevin menatap ke sekeliling ruangan, hening. Hanya suara detak jarum jam yang meramaikan ruangan ini. Jarum jam menunjukkan pukul 12 malam.

Kevin menoleh ke arah kirinya.

Terlihat seorang gadis pucat tengah terlelap sambil memegang erat tangan kiri Kevin yang saat ini tertusuk jarum infus. Gadis itu tampak begitu lelah.

Kevin tersenyum.

Di sofa seberang tempat Kevin tidur saat ini terlihat Neneknya yang kini tengah terlelap pula dan terlihat kelelahan. Kevin cukup bahagia melihat mereka, setidaknya masih ada yang peduli akan kehadiran Kevin walaupun orang tua Kevin mungkin tidak menginginkan kehadirannya.

Kevin cukup bersyukur saat ini.

Kevin menyentuh lembut rambut hitam panjang milik Kinar yang berkilauan terkena sinar lampu di ruangan ini. Sentuhan lembut ini rupanya mampu membangunkan Kinar yang tengah terlelap.

Kinar terbangun tanpa suara.

Ia menatap lurus ke arah Kevin, kemudian menggenggam tangan kiri Kevin dengan kedua tangannya. Dari sini Kevin bisa melihat dengan jelas mata kecoklatan itu memancarkan rasa kekhawatiran yang teramat mendalam.

Tiba-tiba air mata Kinar menetes lembut.

Kinar bungkam.

Ia menangis tanpa suara.

Kevin tersenyum kemudian perlahan menghapus air mata putri saljunya itu.

"Hai snow white. Kenapa nangis? Aku gak papa kok. Lihat deh, aku gak papa kan?" ucapnya sambil berusaha duduk seakan tidak terjadi apa-apa.

Tapi, Kevin malah mengerang kesakitan.

"Aduh..."

Kinar tampak semakin khawatir, ia kemudian membantu Kevin duduk setelah menyandarkan bantalnya ke dinding.

"Itu tadi cuma dikit aja kok sakitnya, gak sengaja aja bilang aduh. Hehe." Ucapnya berusaha mengurangi kekhawatiran Kinar.

Tapi tampaknya Kinar tak bisa meredakan rasa khawatirnya.

Bagaimana tidak?

Melihat kondisi Kevin yang benar-benar mengenaskan ini seperti menyayat-nyayat hati Kinar.

Wajah Kevin benar-benar babak belur, matanya bengkak dan membiru hingga ia kesulitan melihat. Hidungnya patah, pelipisnya retak. Dan kata dokter ada beberapa tulang rusuknya yang patah.

"Kinar aku haus, ambilin minum dong." Ucapnya tersenyum.

Sebenarnya, Kevin tidak haus sama sekali. Ia hanya berusaha mencari-cari alasan agar bisa menggoda Kinar. Kinar yang polos dengan sigap mengambilkan minuman kemudian ia perlahan meminumkan air putih itu pada Kevin.

Kevin hanya meneguk air minum itu sekali, kemudian berkata, "Kamu tambahin gula ya airnya?"

Kinar menggeleng bingung.

"Kok manis?"

Kinar pun menenggak sedikit air yang sebelumnya ia berikan pada Kevin. Hambar, tidak terasa apa-apa.

Kemudian Kinar menatap Kevin bingung. Apa ada kesalahan pada panca indra Kevin? Kinar mulai khawatir lagi.

"Coba sini" Ucap Kevin sambil menenggak sedikit air itu kembali.

Love Without WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang