19. Supposed to be Mine

44.7K 3.1K 79
                                    

Kevin menghela nafasnya panjang. Hari ini ulangan Matematika dan Kevin tidak belajar apapun.

Tadi malam setelah Alex pulang, mereka malah begadang untuk main PlayStation bersama. Saking serunya, mereka sampai lupa bahwa jarum jam telah menunjukkan pukul 2 malam. Alhasil, masuk sekolah pun terlambat.

Kevin dan Alex akhirnya memanjat pagar belakang. Untungnya, tidak ada guru yang menjaga pagar belakang. Namun, saat masuk ke kelas, mereka berdua malah bingung melihat teman-teman yang begitu sibuk. Bukan sibuk mengobrol, tapi sibuk belajar ataupun mempersiapkan contekan.

Ternyata, sebentar lagi mereka akan menghadapi maut.

Ulangan Matematika.

Dan mereka tidak menyiapkan senjata apapun agar bisa selamat dari maut itu.

"Apes banget gue. Mimpi apa ya gue? Tiara ngambek, terus malah ulangan Matematika. Elah." Ucap Alex yang duduk di depan Kevin. Ia tak menolehkan kepalanya sedikitpun ke belakang, namun Kevin tahu bahwa saat ini Alex mengajaknya mengobrol.

Alex tak mungkin bicara dengan Rizal, teman sebangkunya. Karna Rizal menurut Alex sangat tidak asyik. Tipe cowok culun dan sedikit freak yang sering di bully. Belum lagi, Rizal tidak pernah mengobrol jika tidak diajak mengobrol. Jika diajak mengobrol, terkadang ia tidak menyambung dengan topik obrolan yang diusung orang yang mengajaknya mengobrol.

"Kebanyakan mimpi basah." Ucap Kevin terkekeh.

"Anjir." Alex malah menoleh kebelakang kemudian menjitak kepala Kevin.

Kevin hendak membalasnya, namun Pak Wiratno telah melangkah masuk ke kelas. Suasana kelas menjadi hening seketika.

"Sudah siap?" Tanya pak Wiratno tersenyum. Entah kenapa senyumannya membuat semua orang di kelas ini bergidik ngeri. Senyuman malaikat maut.

"Belummmm paaakkk." Jawab siswa-siswi serentak.

Kecuali Kevin.

Kevin hanya terlihat duduk santai sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Menurutnya tidak ada gunanya berkata 'belum' karena bagaimanapun juga Pak Wiratno tidak mungkin menunda ulangan ini.

"Aih ulangan aja ya. Bapak malas kalau ditunda-tunda lagi. Kalau nilainya jelek kan gampang, tinggal remedy."

Mendengar hal tersebut, semuanya hanya menatap lemas Pak Wiratno. Mereka hanya berdoa pada Tuhan semoga ada kesempatan menyontek. Doa yang buruk.

"Selow aja bro." Ucap Kevin berbisik bisik pada Alex.

"Lo mah enak selaw selow, gue mah mati kutu." Ucap Alex membalas bisikan itu.

"Hebat banget ya ulangan MTK bisa bunuh kutu." Ucap Kevin terkekeh.

"Itu Kevin dan Alex kalau ngobrol gausah malu-malu. Sini, kalian duduk temani saya saja di meja guru." Ucap Pak Wiratno.

"Hah? Maaf Pak... enggak lagi deh Pak." Ucap Alex takut.

Takut bila ia harus duduk di meja guru. Bisa-bisa kertas jawabannya jadi benar-benar kosong karna tak bisa menyontek.

"Lu sih." Ucap Alex sebal.

"Sorry sorry hehe..."

Mereka kembali hening, sementara kertas soal ulangan Matematika kini telah terbaring manis di atas meja.

Mata Kevin bergerak cepat membaca keseluruhan soal itu sebelum ia menuliskan jawabannya satu per satu. Entah kenapa Kevin malah bernafas lega.

Ia telah berekspektasi terlalu tinggi mengenai soal buatan Pak Wiratno. Karna desas desus yang sering ia dengarkan dari teman-temannya bahwa Pak Wiratno memang friendly, namun soal yang ia buat penuh kejutan bak soal olimpiade Matematika.

Love Without WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang