"Ke..... vin.........." Ucap Angel gemetar setengah mati.
Kevin menatapnya lurus dengan tatapan menusuk. Entah kenapa tanpa banyak bicara, ia melangkah geram keluar dari kelas.
Angel berlari menyusul Kevin dari belakang, kemudian Angel menarik lengannya. Tanpa menoleh, Kevin melepaskan tangannya dengan kasar.
"Vin, dengerin penjelasan gue dulu. Lo salah paham."
Kevin tak menghiraukannya, ia terus melangkahkan kaki panjangnya dengan geram.
"Vin!" Ucap Angel kemudian menahan bahu Kevin.
Kevin menoleh, masih dengan tatapan menusuknya.
"Lo mau jelasin apa hah?! Gak ada yang perlu dijelasin. Lo kan yang selama ini ganggu Kinar? Kok lo tega sih? Gue kira lo berubah. Gue denger semua omongan lo tadi. Lo pingin balik ngancurin hidup Kinar. Dia salah apa hah?! Lo... bener-bener udah kelewatan. Lo ingat ucapan gue, gue gak akan sudi jatuh cinta sama lo! Bahkan gue gak sudi kenal sama lo!" Ucap Kevin setengah berteriak mengeluarkan seluruh emosinya.
Angel menutup mulutnya terkejut dengan teriakan itu kemudian ia menangis. Mengeluarkan seluruh air matanya. Ia menangis hingga sulit berkata-kata.
Ia menundukkan kepalanya. Kemudian ia balik menatap Kevin dengan geram.
"Kinar? Kinar?! Vin, lo mau tahu 1 hal gak?" Ucap Angel tertawa getir masih ditengah derai air matanya.
Kevin menatap Angel tajam.
"Kinar itu gak pernah ada. Dia cuma ada di otak lo. Lo tahu siapa yang tadi gue omongin? Eric. Lo gak tahu siapa dia. Iya, gue sayang sama Eric. Terus gue berusaha buang rasa sayang gue dengan ngejar-ngejar lo setelah harapan gue hilang bersamaan dia nolak gue. Ternyata lo nolak gue juga, demi Kinar yang gak ada itu." Angel tertawa kaku.
"Dan akhirnya, gue balik suka Eric lagi, gue pingin perjuangin dia. Terus lo tau siapa yang gue bilang si bisu freak? Tasya, sepupu gue yang ngerebut Eric dari gue. Puas lo hah?!" Ucap Angel yang balik berteriak di hadapan Kevin. Ia susah payah berbicara di tengah derai air matanya.
"Lo itu gila Vin! Lo gak waras! Lo ngeliat apa yang gak orang lain liat. Di sekolah ini memang ada yang namanya Kinar. Tapi dia udah meninggal 2 tahun lalu! Dan apa lo punya indra ke 6 hah?!" Ucap Angel tertawa getir.
DEG!
Ini bukan suara detak jantung yang berdebar saat jatuh cinta. Bukan. Ini... suara detak jantung Kevin yang tiba-tiba terasa begitu sakit. Dadanya kembali sesak, jantungnya memberontak. Kevin menekan dadanya.
"Lo... lo bohong kan? Gue gabisa liat hantu! Lo mengada-ngada!!" Ucap Kevin putus asa.
"Iya, lo gak bisa ngeliat hantu. Lo itu cuma berimajinasi, semua yang lo liat cuma ada di otak lo. Lo berhalusinasi! Atau lo sakit jiwa? Lo skizofrenia? Sadar Vin... sadar.... justru gue yang kasihan liat lo. Lo menyedihkan!" Ucap Angel.
Kevin putus asa. Kaki nya lemas.
Lalu, siapa yang ia temui di bandara? Siapa yang Bu Anis ajak bicara ketika Kevin sembunyi? Siapa Kirana Rarasati? Apa selama ini Kevin hanya berimajinasi saja?
Semuanya tampak begitu nyata dan membingungkan. Pertanyaan terus saja ia lontarkan dalam hatinya, tapi tak satu pun terjawab. Apakah ia harus menanyakannya?
"Terus siapa itu Kirana Rarasati?" Ucap Kevin gemetar lemas. Rasanya ia ingin menangis. Ia mulai mempertanyakan kejiwaannya. Haruskah ia ke psikiater?
"Gue bahkan gak tahu itu siapa."
"Di... dia... duduk di samping gue..."
"Lo selalu duduk sendiri Vin."
Kevin mengacak rambutnya, ia kemudian terduduk lemas. Wajahnya pucat, jantungnya terasa sakit kembali. Ia masih tak percaya bahwa Kinar hanya sebatas ilusi dan halusinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Words
Teen Fiction[COMPLETE, TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA] Seperti kisah romansa remaja pada umumnya, tentang remaja badung bernama Kevin Andreas yang hobi menjahili guru, bolos, berkelahi, dan bergonta-ganti pacar, seketika berubah seratus delapan puluh derajat ketika...