"Sampai! Gue nepatin janji gue kan?" Ucap Kevin antusias.
Tidak ada apa-apa, hanya ada dinding-dinding tertutup yang terbuat dari batu bata tua yang sangat luas dan tinggi, seperti sebuah benteng yang mulai berlumut. Ada pintu kayu tua di tengahnya, pintu kecil yang tak lebih tinggi dari tubuh Kevin.
Kinar menengok ke arah Kevin, bertanya-tanya apa yang lebih indah dari danau yang sering mereka kunjungi?
"Lo belum liat ke dalamnya kan? Gimana kalau kita masuk aja dulu ya." Ucap Kevin tersenyum misterius, ia mengeluarkan sebuah kunci dari kantung celananya, membuka pintu kayu itu.
Gelap, seperti sebuah lorong yang akan membawa ke suatu tempat mengerikan di ujung sana.
Tangan kanan Kevin menarik lengan Kinar, sementara tangan kirinya memegangi senter. Gelap dan sempit, lorong ini terlihat sedikit menyeramkan. Suhu di lorong ini lebih dingin dari pada di luar.Kevin terus berjalan menyusuri lorong, sementara Kinar hanya diam membungkam dan memandangi punggung Kevin yang tegap.
Mereka sudah berada di ujung lorong, ada sebuah pintu lagi yang akan membawa mereka keluar dari lorong.Kevin kembali mengambil kunci yang ada di dalam kantung celananya, kunci yang sama dengan kunci yang ia gunakan untuk membuka pintu luar lorong ini. Suara-suara tikus yang mencicit terdengar ramai mengisi kesunyian lorong ini. Kinar semakin memegang tangan Kevin erat, takut dengan segala kegelapan di lorong sempit ini.
Kevin membuka pintu lorong terakhir, cahaya sore masuk menyilaukan mata Kinar. Kinar tak bisa melihat dengan jelas karena matanya yang sedikit ngilu terkena cahaya matahari setelah berada di tempat gekap. Matanya menyipit. Kevin membawa Kinar keluar dari lorong itu, memperhatikan mimik wajah seperti apa yang akan Kinar tampilkan nanti.
"Tadaa, this is my wonderland!!" Ucap Kevin tersenyum lebar.
Kinar tak bisa menutupi rasa kagum dan rasa terkejutnya. Ia baru tahu ada tempat seindah ini, jauh lebih indah dari danau yang sering ia kunjungi dengan Kevin.
"Gimana? Aku udah nepatin janjiku kan? Nunjukin ke kamu tempat yang jauh lebih indah dari danau." Ucap Kevin bangga.
Kinar mengangguk cepat, dia tersenyum bahagia.
Di ujung lorong gelap itu ternyata sebuah taman bunga, dengan danau kecil di tengah hamparan bunga cantik berwarna-warni. Tempat ini terlihat bersih, sepertinya tidak ada yang mengetahui keberadaan tempat ini.
Di pinggir danau kecil itu terdapat perahu kecil, persis seperti danau yang sering mereka kunjungi, tapi yang membuatnya indah adalah taman bunga ini. Jalan-jalan berbatu kecil menuju pinggir danau tampak cantik menghiasi tempat ini. Pohon-pohon besar juga terlihat menghiasi pinggir danau tempat berteduh.
Kinar melangkah kecil menuju bunga terompet pink, kemudian memegangnya pelan, ia juga melangkah menuju mawar putih yang sangat menarik perhatiannya, membiarkan wanginya menyebar ke seluruh rongga dadanya, wangi.
Semua bunga tampak tumbuh subur dan terawat. Bunga matahari, lavender, kembang sepatu, anggrek, melati, akasia, daisy, lily, dan masih banyak lagi dengan warna yang cantik dan beragam. Kinar sangat menyukai bunga, itulah sebabnya mengapa rumahnya memiliki taman bunga yang luas.
"Lo percaya gak kalau yang bikin semua ini adalah mendiang kakek gue? Bahkan danau itu cuma danau buatan, bukan berasal dari alam." Ucap Kevin tersenyum penuh arti.
Kinar tak bisa berhenti kagum, tempat seindah ini ternyata dibuat oleh kakek Kevin?
Menakjubkan.
"Ini adalah harta karun terbesar di keluarga gue. Gue gak tahu sebanyak apa uang yang kakek gue habisin buat bikin tempat seluas dan seindah ini. Kakek gue bikin tempat ini sebagai tanda rasa cintanya ke Nenek gue. Ini tempat rahasia, cuma gue, kakek, nenek, dan lo yang tahu tempat ini." Ucap Kevin tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Words
Genç Kurgu[COMPLETE, TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA] Seperti kisah romansa remaja pada umumnya, tentang remaja badung bernama Kevin Andreas yang hobi menjahili guru, bolos, berkelahi, dan bergonta-ganti pacar, seketika berubah seratus delapan puluh derajat ketika...