Kevin mungkin terbilang hampir gila, untungnya ia masih sempat mengganti baju sekolahnya. Kevin memacu kecepatan mobilnya lagi menuju tempat yang lebih jauh, tapi sayangnya macet benar-benar menghambat perjalanannya menuju Balikpapan. Kevin hanya bisa berharap semoga ia tak tersesat menuju Bandara Sepinggan. Ia tak bisa membayangkan Kinar yang akan pergi jauh.
Kenapa?
Kinar bahkan belum mengucapkan selamat tinggal.
Kevin menggigit bibir bawahnya sambil memukul setir mobilnya, Damn! Pikirnya. Kevin terus menekan klakson mobilnya, ia benar-benar stress karena kemacetan ini.
Kenapa dia pergi? Pikir Kevin.
Kinar tak boleh pergi, Kevin belum mengucapkan Happy Birthday padanya. Kenapa pergi di hari ulang-tahunnya?
Kevin sudah memikirkan kado dan kejutan apa yang akan ia berikan pada Kinar, tapi kenapa Kinar malah pergi?Mendengar Bibi Murni mengucapkan Bandara Sepinggan, membuat Kevin berpikir bahwa Kinar akan langsung pergi, tentu saja.
Apa lagi yang akan di lakukan gadis itu di Bandara kalau bukan untuk pergi?
Sedikit demi sedikit mobil Kevin bergerak hingga ke jembatan Mahakan. Hari yang cerah tiba-tiba menjadi gelap. Siang yang terik tiba-tiba mendung, matahari tertutup awan berwarna abu-abu gelap. Tak lama, rintik hujan itu turun ke muka bumi. Bulir-bulir hujan membasahi kaca mobil Kevin, membuat pandangannya semakin kabur. Air mata yang menggenang itu juga membuat pandangannya kabur.
Kevin menghapus air matanya, tiba-tiba ia teringat lagi akan Kinar. Kinar yang masih tersenyum lembut kemarin, padahal rasanya baru saja ia melihat Kinar gembira, kenapa tiba-tiba kegembiraan itu hilang?
Mobil Kevin melaju ditengah hujan yang semakin deras, suara hujan itu membuat hatinya semakin gundah. Jalan licin ini sebenarnya sangat berbahaya, tapi Kevin tak pernah mempedulikan keselamatannya, ia tidak menghiraukan nyawanya saat ini.
Penat, itulah yang Kevin rasakan. Perjalanan dari Samarinda ke Balikpapan ternyata melelahkan juga. Kevin melewati belokan-belokan serta bukit-bukit terjal yang licin. Jalan terlihat sepi, hanya ada pohon-pohon pinggir jalan yang berdiri kokoh, namun masih ada beberapa mobil yang melintas melewati jalan ini.
Handphone terus berbunyi, Kevin bahkan sudah berkali-kali mematikan telpon itu. Handphone-nya sudah di silent tapi handphone ini tak henti-hentinya bergetar. Menyebalkan, Kevin tetap tak menghiraukan getaran handphone-nya. Ia sudah tahu siapa yang sedang menelpon. Neneknya di seberang sana pasti sedang marah-marah saat tahu Kevin kabur dari sekolah, bahkan Kevin hanya mengikuti 1 mata pelajaran lalu kabur saat pergantian jam belajar. Jam 9 Kevin sudah kabur dari sekolah.
Kevin sampai di Bandara dengan selamat, tidak mugkin ada penerbangan jika hujannya sederas ini. Pasti ditunda, pikir Kevin sedikit bersyukur. Setidaknya, ia bisa mencegah Kinar pergi atau mungkin hanya untuk mengucapkan selamat tinggal.
Tidak.
Kevin tak boleh mengucapkan selama tinggal padanya, Kinar tidak akan kemana-mana. Kevin pasti bisa mencegah semuanya.
Kevin masuk kedalam Bandara yang terlihat sepi, karena ini bukan hari liburan. Kevin berusaha mencari sosok Kinar dimana pun. Tiba-tiba ia teringat pertemuan pertama antara dirinya dan Kinar. Pertemuan paling aneh yang membuat Kevin takkan pernah bisa melupakannya.
Tanggal 4 Desember, hari yang ternyata bersamaan dengan hari ulang tahun Kinar, seperti hari ini. Semuanya benar-benar tak terduga dan kebetulan.
Gadis bersweater coklat tengah duduk di ruang tunggu. Tempat duduknya benar-benar tempat duduk yang sama persis dengan tempat duduk yang diduduki olehnya saat Kevin bertemu dengannya pertama kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Words
Teen Fiction[COMPLETE, TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA] Seperti kisah romansa remaja pada umumnya, tentang remaja badung bernama Kevin Andreas yang hobi menjahili guru, bolos, berkelahi, dan bergonta-ganti pacar, seketika berubah seratus delapan puluh derajat ketika...