29. Don't Leave

42.3K 2.8K 24
                                    

Kevin memarkir mobilnya dengan cepat kemudian melangkah keluar dari mobil. Ia berlari menuju toilet wanita. Alex mengikutinya dari belakang.

Sepi, sekolah seakan tak berpenghuni.

Bagaimana tidak? Saat ini seluruh guru sedang rapat dan siswa-siswi lain sedang melakukan kegiatan jalan santai, kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap hari Jum'at.

Kevin segera memasuki toilet. Terlihat Tiara yang tampak begitu khawatir. Air matanya menetes.

Kevin benar-benar terkejut melihat keadaan Angel. Pergelangan tangannya terlihat mengeluarkan cairan kental berwarna merah segar. Terlihat bekas sayatan di pergelangan tangan milik Angel. Tangan kanannya menggenggam gunting yang ujungnya terkena cairan merah kental.

Tanpa banyak bicara, Kevin menggendong Angel hingga memasuki mobilnya. Ia melepas seragam sekolah miliknya kemudian mengikat kencang pergelangan tangan milik Angel yang terus mengeluarkan cairan darah itu.

Wajah Kevin pucat, ia khawatir. Tidak, Kevin tidak hanya mengkhawatirkan Angel namun ia juga mengkhawatirkan bayi tak bersalah yang saat ini ada di dalam perut Angel. Bayi itu berhak hidup.

Alex menyusul Kevin memasuki mobil dan duduk di depan bersama Kevin, sementara Tiara duduk di belakang sambil meletakkan kepala Angel di pahanya.

Tiara menangis. Tak tahan melihat keadaan sahabatnya seperti ini.

Selama di perjalanan, mereka bungkam. Suasana di dalam mobil begitu hening. Mereka begitu mengkhawatirkan Angel.

Kevin memacu mobilnya. Ia berharap masih bisa menyelamatkan Angel. Untung saja jalan menuju rumah sakit tak begitu macet.

~~~

Mereka telah sampai di Rumah Sakit Samarinda Medika Citra, rumah sakit terdekat dari sekolahnya. Kemudian mereka memanggil perawat. Dengan sigap perawat membawa Angel menuju UGD.

Kevin, Alex, dan Tiara sama-sama menunggu di ruang tunggu. Mereka bungkam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Tangis Tiara tak kunjung reda. Melihat tangisan itu, hati Alex benar-benar tersayat.

"Gue gak habis pikir Angel ngelakuin hal itu," ujar Tiara lirih, masih di tengah isak tangisnya. Ia mulai memecah suasana hening ini.

"Lo gak tahu kronologisnya?" tanya Kevin.

"Gu... gue gak tahu, Vin. Tadi pagi, dia tiba-tiba dipanggil Kepala Sekolah. Muka dia udah mulai aneh gitu. Te... terus.... balik-balik dia meluk gue sambil nangis," ujar Tiara terbata-bata, "dia gak cerita kenapa. Gak lama setelah itu, dia bilang ke gue mau ke toilet. Dia gak enak badan, gamau jalan santai. Yaudah gue juga ikut temanin dia. Dia lama banget di toilet. Pas gue cek, dia u...udah kayak gitu....." tambah Tiara sambil menangis.

Ia menutupi wajahnya yang menangis. Tiara begitu takut bila ia harus kehilangan seorang sahabat seperti dulu. Ia tak mau kehilangan sahabat lagi.

Alex duduk di samping Tiara perlahan, ia menarik bahu Tiara berusaha membiarkan Tiara menangis di bahunya. Sayang, Tiara langsung mendorong Alex.

Wajah Tiara begitu kusut, sekusut wajah Alex. Ketika ia menatap Alex, ada perasaan benci yang memancar keluar beserta aura dinginnya. Ia menatap tajam Alex, sementara Alex malah menatapnya dengan tatapan sendu.

"Lo siapa? Beraninya megang-megang gue."

Ucapan yang keluar dari mulut Tiara begitu tajam setajam belati yang baru saja diasah. Belati itu menusuk tepat ke jantung Alex. Alex hancur saat itu juga. Ia menundukkan kepalamya sambil tersenyum getir.

Love Without WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang