34. Unexpected

42.3K 3K 104
                                    

Seorang gadis berambut hitam lurus saat ini tengah sibuk menyirami bunga. Wajahnya kusut. Ia terlihat begitu pucat dan berantakan.

Kinar....

Kinar menatap Kevin tersenyum lirih, kemudian berjalan menghampiri Kevin. Kevin mundur 1 langkah. Tangannya mengepal, kakinya gemetar. Ia memejamkan matanya kuat-kuat. Tak ingin terlalu masuk ke dalam halusinasinya.

"Lo cuma halusinasi gue..." bisiknya.

Senyum Kinar hilang. Kevin terpengaruh Angel, ia tak bisa berfikir logis lagi.

Kinar masih menatap Kevin sendu.

Kevin membuka matanya berani.

"IYAKAN? LO... LO PERGI DARI SINI! JANGAN PERNAH LO MUNCUL DI HADAPAN GUE. LO GAK NYATA! LO CUMA HALUSINASI. LO ITU APASIH? KENAPA LO GANGGU GUE? LO ARWAH PENASARAN YANG MINTA BANTUAN GUE? HAH? GUE.... GUE GAK SKIZOFRENIA!!" teriak Kevin putus asa.

Kevin muak dengan semua ini. Ia bahkan tak bisa berpikir jernih. Ia tak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya halusinasi. Ia merasa dirinya telah gila.

Kinar diam mematung. Air matanya jatuh lembut. Apa lebih baik seperti ini saja? Mengorbankan cintanya kembali? Ia tersenyum getir, kemudian tertawa kaku di tengah derai air matanya.

"Bisa bisanya lo masih ketawa sambil nangis. Lo tahu gak rasanya dikira gila? Gue gapapa dikira gila. Asalkan gue masih liat lo tiap hari. Nyatanya lo ngilang... lo ngilang 3 bulan. Lo kemana? Gue jadi tambah gila tahu gak lo? Terus lo muncul lagi sambil senyum kayak gak terjadi apa-apa. Lo mau masukin gue ke rumah sakit jiwa?"

"Nar, dengerin gue. Lo itu cuma halusinasi. Gue harus bisa ngelawan lo dan balik jadi Kevin yang biasa lagi. Gue... bisa bahagia tanpa lo. Lo please jangan ganggu hidup gue lagi, biarkan gue tenang," ucap Kevin gemetar.

80% hatinya saat ini bertolak belakang dengan apa yang ia ucapkan. Tapi, ia tak mau Neneknya malu punya cucu yang gila. Ia tak punya nyali pergi ke dokter jiwa. Ia akan menyelesaikannya sendiri.

Kinar menghapus air matanya sendiri. Iya, dia tak boleh mengganggu Kevin. Ia harus pergi menghilang lagi. Tapi ia masih tetap berusaha menampilkan senyum terakhirnya.

Kemudian Kinar menundukkan dalam-dalam kepalanya.

Ini hari ulang tahun Kevin. Ia sebenarnya memang tak punya niatan mengganggu hidup Kevin lagi. Namun ia rindu. Ia hanya ingin memberikan kado pada Kevin sekaligus ucapan terimakasih pada Kevin.

Kinar berjongkok meletakkan bungkusan kado berwarna hijau muda di depan kaki Kevin. Ia tak mau bersentuhan lagi dengan Kevin. Hanya akan menambah beban yang Kevin rasakan. Kemudian, ia pergi masih dengan derai air matanya yang keluar lagi. Meninggalkan Kevin yang diam mematung.

Satu kata terakhir yang tak Kevin sangka keluar begitu saja dari mulut Kinar.

"Maaf Vin. Aku selalu mencintaimu." Suaranya begitu lembut dan merdu. Ia berbicara ditengah isak tangisnya. Kevin tersentak.

Kinar... bicara?

Apa kali ini halusinasinya dapat berbicara?

Kinar...

Bicara.....

~~~

Kevin mengacak rambutnya kasar. Tangannya gemetar memegang kado yang tadi diberikan Kinar. Apa ini imajinasinya lagi?

Ia menyentuh kotak kado itu, terasa nyata.

Kevin memegangnya gemetar, perlahan ia buka kado itu. Sebuah buku sketsa, buku Diary, dan sebuah kalung berbandul kunci. Ini adalah buku sketsa dan kalung berbandul kunci yang dulu Kevin berikan pada Kinar. Buku Diary biru ini, adalah buku Diary yang sering Kinar bawa ke sekolah dulu.

Love Without WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang