"Kita kemana?" Tanya Angel yang saat ini duduk di samping Kevin. Ia membiarkan Kevin menyetir mobilnya. Sementara motor Alex Kevin titipkan di bandara.
"Terserah lo."
Kevin terpaksa menjawab seadanya. Pikirannya sedang kalut. Namun, ia masih berusaha fokus melihat jalan. Hati Kevin saat ini menangis, ia terpukul. Tapi ia tutupi perasaannya dengan wajah sedingin gunung es. Ia harap jalan bersama Angel bisa menutupi rasa sedihnya walaupun hanya sementara.
Kevin bungkam. Ia tak menjawab.
Suasana hening seketika. Kevin sibuk bermain dengan pikirannya sendiri yang kalut.
Lagi-lagi ia merasa bersalah telah menjadikan Angel sebagai pelariannya. Ia tak punya pilihan lain."Kalau gitu kita ke taman aja ya. Gue pengen keliling taman naik sepeda." Ucap Angel tersenyum membayangkan adegan romantis saat ia bersepeda berdua dengan Kevin mengelilingi taman.
Suasana hening kembali. Angel kini sibuk menatap jalan yang mereka lalui dengan mulut yang masih bungkam.
Angel tahu suasana hati Kevin sedang buruk. Ia juga tahu bahwa sebenarnya ia hanya dijadikan pelarian. Tapi ia tak peduli. Menurutnya, ia harus berada di samping Kevin saat Kevin merasa sedih ataupun kacau. Angel ingin terlihat di mata Kevin.
Mereka telah sampai di taman. Kevin memarkir mobilnya kemudian keluar mobil bersama Angel. Angel menyejajarkan langkahnya di samping Kevin.
Kevin masih bungkam. Tidak seperti biasanya. Biasanya Kevin paling tidak tahan dengan suasana hening, ia pasti selalu mencoba mencairkan suasana. Biasanya, ia banyak bicara. Tidak seperti hari ini.
Angel menghela nafasnya. Ia seperti berjalan dengan patung. Ia menatap Kevin yang saat ini ada di sampingnya, kemudian tersenyum getir. Tidak ada adegan romantis apapun yang akan Kevin lakukan padanya. Ia seharusnya bangun dari mimpi.
"Lo duluan cari sepedanya. Gue beli minum dulu." Ucap Kevin tersenyum. Bukan senyum tulus tapi senyum terpaksa.
Angel mengangguk.
Kevin kembali membawa 2 botol air mineral dingin. Ia menghampiri Angel yang saat ini tengah duduk di bangku taman menunggu kedatangan Kevin. Di sampingnya terparkir manis 2 buah sepeda yang ia sewa.
"Lama ya?"
"Enggak kok Vin. Yuk."
Mereka berdua bersepeda mengelilingi taman. Masih dalam keadaan bungkam. Angel merasa iri dengan sepasang kekasih yang saat ini bersepeda di depan mereka. Sepasang kekasih itu terlihat bahagia dan saling bercanda. Berbeda dengan suasana dingin yang Angel rasakan saat ini.
"Maaf ya." Ucap Kevin tiba-tiba.
Angel sedikit terkejut dan menoleh ke arah Kevin. Mata Kevin masih menatap lurus ke depan.
"Maaf buat apa?"
"Maaf jalan-jalan kita jadi flat gini."
"Enggak kok. Justru gue makasih karna lo masih mau jalan sama gue." Ucap Angel tersenyum.
Kevin menoleh ke arahnya kemudian menghela nafasnya panjang.
"Maaf kalau lo cuma jadi pelarian gue." Kevin tak bisa berbohong. Ia tipe laki-laki yang sangat jujur. Ia tak tahan bila lama-lama memanfaatkan seorang gadis.
Angel tersenyum getir. Kini ia yang bungkam. Tak tahu harus berkata apa.
"Vin gue capek, istirahat dulu ya."
Angel dan Kevin memarkir sepeda mereka di dekat taman. Mereka berdua duduk di bangku taman. Kevin menenggak air mineralnya. Bulir-bulir keringatnya jatuh lembut melintasi wajah. Sesekali ia hapus keringat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Words
Ficção Adolescente[COMPLETE, TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA] Seperti kisah romansa remaja pada umumnya, tentang remaja badung bernama Kevin Andreas yang hobi menjahili guru, bolos, berkelahi, dan bergonta-ganti pacar, seketika berubah seratus delapan puluh derajat ketika...