Sudah hampir seminggu Kevin berada di sini. Ia kini merasa lebih baik dan perlahan kondisinya juga pulih. Ia merasa lebih segar. Menurut dokter, mungkin besok Kevin sudah bisa pulang ke rumah.
Selama berada di rumah sakit, Kevin selalu ditemani oleh Kinar dan Neneknya. Mereka dengan setia bergantian untuk menjaga Kevin. Dan menurut Kevin, entah mengapa hari-hari yang ia lalui di Rumah Sakit jauh lebih indah dibandingkan dengan hari-hari saat ia berada di rumah. Karna dengan begini, ia rasanya bisa bersama dengan Kinar hampir 24 jam.
Tempat favorit yang Kevin kunjungi bersama Kinar setiap hari adalah taman di rumah sakit ini. Menurutnya, saat berada di taman ini, mereka berdua seperti sedang berpiknik.
Aneh memang. Tapi, jujur ini menyenangkan.
Kevin saat ini sedang duduk di bangku taman berdua dengan Kinar. Ia tak perlu lagi duduk di kursi roda. Kevin menenggak air mineralnya, kemudian menengadah menatap langit. Kinar hanya memperhatikannya dari samping. Mereka masih saling bungkam.
Namun, akhirnya Kevin memulai obrolan kecilnya. Seperti biasa.
"Nar, makasih ya. Kamu bener-bener jagain aku selama di sini." Ucapnya tersenyum kemudian langsung menatap 2 bola mata kecoklatan milik gadis di sampingnya.
Kinar tersenyum. Menurutnya ini bukan apa-apa. Tak sebanding dengan semua yang Kevin lakukan selama ini padanya.
"Oh iya, kamu kan cinta pertamaku. Sekarang aku pengen nanya. Apa aku juga cinta pertama kamu?" Tanya Kevin tiba-tiba.
Hening.
Kinar hanya diam sambil menunduk melihat kedua pasang ujung sepatunya. Ia tak tahu harus berkata apa.
Tiba-tiba seorang gadis memanggil Kevin dari belakang.
"Kevin!"
Kinar dan Kevin menoleh bersamaan.
Seorang gadis tinggi semampai berambut keriting tersenyum lebar. Ia mengenakan dress maroon selutut dengan sepasang high heels berwarna senada. Cantik. Tapi tak jua membuat Kevin berpaling dari Kinar.
Entah mengapa, Kinar merasa kedatangan gadis itu kini menyelamatkannya. Setidaknya, Kinar tak perlu menjawab pertanyaan itu saat ini.
Kinar berdiri dari bangkunya, berusaha menghindar. Sementara Kevin tak begitu menyadari kepergian Kinar. Ia masih memperhatikan gadis berambut keriting itu sambil menampilkan senyumnya.
Bukan senyum tulus, hanya sekedar senyum ramah yang biasa ia tampilkan pada gadis-gadis yang menjadi temannya.
Bukan senyum spesial.
"Hai Vin. Gue bawain buah-buahan nih. Lo harus rajin makan buah ya biar sembuh." Ucap Angel tersenyum.
Kevin menoleh ke sebelah kanannya. Ia baru menyadari kalau Kinar telah pergi. Ia menoleh lagi ke kiri dan kanan, berusaha mencari sosok Kinar tanpa beranjak dari tempatnya duduk. Ia tak begitu menghiraukan Angel.
"Vin, lagi-lagi lo gak dengerin gue." Ucap Angel manyun.
"Eh, ehm sorry. Gue gak fokus." Ucap Kevin menggaruk belakang kepalanya.
"Lo udah baikan?" Ucap Angel sambil duduk di samping Kevin.
"Hm iya. Besok gue udah pulang kok." Mata Kevin masih menyusuri taman. Ia masih berusaha mencari Kinar.
"Syukurlah. Gue kangen banget sama lo."
"Iya hehe."
"Vin, lo nyari siapa sih?"
"Kinar."
Angel menghela nafasnya panjang. Kemudian menggeleng-geleng tak habis pikir. Rupanya Kevin masih saja berhalusinasi soal Kinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Words
Novela Juvenil[COMPLETE, TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA] Seperti kisah romansa remaja pada umumnya, tentang remaja badung bernama Kevin Andreas yang hobi menjahili guru, bolos, berkelahi, dan bergonta-ganti pacar, seketika berubah seratus delapan puluh derajat ketika...