12. Unconscious

48.2K 3.4K 31
                                    

Kevin, laki-laki yang saat ini menjadi miliknya. Laki-laki yang membuatnya melupakan kesedihan di masa lalu. Laki-laki yang wajahnya telah memenuhi buku sketsanya. Laki-laki yang tak pernah berhenti membuatnya bahagia dan tersenyum. Laki-laki yang membuat hari-harinya begitu berwarna sejak saat itu.

Ya, Kinar beruntung bisa bertemu dengan Kevin.

Sudah seminggu mereka menjalani hubungan yang begitu indah ini. Kevin bahkan tak peduli kalau teman-teman semakin menjauhinya karena mendekati Kinar. Semenjak hari itu, Alex tak terlihat babak belur lagi. Tapi tetap saja ia menjauhi Kevin.

Bukannya berterimakasih.

Hari ini begitu mendung. Kinar hari ini tidak membawa sepedanya karena Pak Nanang memaksa akan menjemput. Kebiasaan memandang pemandangan luar jendela itu tak bisa ia hilangkan, Kinar masih sering menopang dagunya sambil memandang luar jendela.

Rintik-rintik hujan mulai jatuh membasahi bumi.

"Kamu masih suka melamun ngeliat luar jendela ya?" Tanya Kevin yang masih duduk di samping Kinar.

Ia tidak akan pulang sebelum Kinar dijemput. Padahal hari ini Kevin ingin mengajak Kinar membeli es krim bersama, namun hujan turun dan Kinar dijemput oleh Pak Nanang.

Kinar menoleh ke arah Kevin kemudian tersenyum sambil mengangguk. Nafas Kinar mulai terengah-engah, Kevin langsung mengambil obat pelega dari dalam tas Kinar. Udara dingin hujan masuk ke ruangan melalui jendela.

"Dingin ya? Gimana ini? Aku gak bawa jaket nih." Ucap Kevin.

"Oh iya, tunggu di sini sebentar ya. Aku gak lama kok." Ucap Kevin tiba-tiba.

Kevin beranjak dari tempat duduknya, kemudian melangkah pergi ke luar kelas. Kinar memeluk tubuhnya sendiri yang mulai membeku karena udara dingin ini. Bagaimana ia bisa pergi ke London kalau udara dingin begini saja tak bisa ia hadapi?

Ini takdirnya, pergi ke London terlalu sulit untuk ia jangkau, ia hanya bisa memimpikan tempat indah yang sering ia saksikan di televisi. Kinar tak seberuntung orang lain, tapi ia cukup beruntung karena telah mendapatkan seorang Kevin, pangeran impian setiap gadis.

Itu sudah membuatnya begitu bersyukur.

Tak lama kemudian, Kevin datang membawa selimut putih. Kevin melangkah cepat menuju ke arah Kinar kemudian menyelimuti Kinar dengan selimut tebal itu.

"Aku pinjem dari UKS, hehe." Ucap Kevin tanpa harus Kinar tanyakan.

Kinar tersenyum, laki-laki itu rela bertindak bodoh hanya karena dirinya. Semua pengorbanannya menandakan bahwa ia begitu mencintai Kinar.

Handphone Kevin bergetar, panggilan masuk dari Pak Nanang.

"Tuan Kevin, Nona Muda tidak apa-apa kan? Pak Nanang sudah di depan sekolah." Ucap Pak Nanang dari seberang sana.

"Iya, Pak Nanang tenang aja. Dia gak papa kok. Ini udah mau turun bareng." Ucap Kevin sambil menggenggam tangan Kinar, membawanya menuju ke UKS untuk mengembalikan selimut dan pergi menuju ke luar sekolah.

Rintik hujan masih turun lembut membasahi bumi tanpa malu, sesekali sepatu Kevin terlihat basah setelah menginjak bulatan air yang berpendar di tanah. Tangannya masih menggenggam tangan Kinar yang membeku seperti es, Kinar masih berusaha menyejajarkan langkahnya di samping Kevin yang sedang memayungi Kinar dengan tasnya.

Tubuh Kevin benar-benar basah kuyup. Ia cukup bersyukur setidaknya tubuh Kinar tidak begitu basah.

"Kamu berteduh disini dulu ya, aku panggil Pak Nanangnya." Ucap Kevin tersenyum manis kemudian mengacak lembut rambut Kinar yang sedikit basah karena hujan.

Love Without WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang