Kevin mengayuh sepedanya sekuat tenaga, hingga sampai ke pinggir danau, tempat yang sering Kevin dan Kinar kunjungi setelah pulang sekolah. Kevin meletakkan sepedanya di bawah pohon besar, kemudian ia duduk dibawah pohon besar itu untuk melepas penat. Kinar duduk disamping Kevin sambil mencoba menggambar sesuatu di lembar terakhir buku tulisnya.
Kevin memejamkan matanya, terlelap dalam tidurnya dengan tubuh yang kelelahan sambil mencoba merasakan nikmatnya angin sore. Kinar hanya memegangi pensilnya, belum menggambar apa pun. Tiba-tiba ia menoleh ke arah Kevin yang tertidur pulas. Kinar tersenyum, saat tertidur wajah Kevin terlihat begitu polos seperti malaikat tanpa dosa. Kevin memang tampan, tapi saat tertidur ia tampak jauh lebih tampan.
Wajahnya yang memar tak menutupi ketampanannya sedikitpun. Alis tebal kecoklatan dan rahang yang kokoh itu merupakan pahatan Tuhan yang terindah. Tak pernah sedetail ini Kinar memperhatikan wajah Kevin.
"Udah berapa lama merhatiin wajah gue?" Tanya Kevin dengan mata yang masih tertutup sambil mengulas senyum.
Kinar terkejut dan menjadi salah tingkah, Kevin ternyata menyadari tindakan Kinar.
Kevin membuka matanya, kemudian duduk sambil menyandarkan tubuhnya pada pohon. Kevin tertawa melihat Kinar yang terlihat salah tingkah. Mendengar tawa Kevin, Kinar semakin terlihat salah tingkah,
"Gue lebih suka ngeliat lo salah tingkah daripada ngeliat lo nangis." Ucap Kevin tersenyum.
Kinar menoleh lagi ke arah Kevin, matanya bertemu dengan mata abu-abu yang terlihat semakin indah terpapar sinar matahari sore. Indah, mata Kevin begitu indah seperti berlian yang berkilauan.
Kinar mengalihkan pandangannya lagi.
Ia mengambil obat pelega nafasnya dari dalam tas, kemudian menghirupnya. Udara sore yang dingin di pinggir danau mebuat nafasnya sesak.
"Lo gak papa?" Tanya Kevin khawatir.
Kinar menggeleng kemudian tersenyum. Kevin menghela nafasnya lega.
"Yaudah, ini sudah sore. Kita pulang aja ya." Ucap Kevin tersenyum sambil mengacak halus rambut Kinar.
~~~
"Kamu berantem di sekolah? Astaga Kevin!" Ucap Nenek Kevin yang terkejut melihat kedatangan Kevin dengan wajah yang babak belur. Kevin menghela nafasnya panjang dan melangkah gontai menuju kamarnya.
"Kevin! Nenek belum selesai bicara! Jangan pergi ke kamar sebelum menjelaskan semuanya!" Ucap Nenek Kevin geram.
Dengan malas Kevin berbalik arah dan melangkah menuju ruang keluarga. Kevin duduk di sofa, Neneknya hanya menggelengkan kepala kemudian menyentuh pipi Kevin yang memar, Kevin hanya meringis kesakitan.
"Kevin gak papa kok Nek." Ucap Kevin ketika melihat Neneknya yang terlihat khawatir.
"Apanya yang gak papa? Lihat, wajah kamu jadi begini karena berantem. Nenek pikir kamu bisa berubah kalau sekolah di sini. Ternyata kamu sama saja. Apa kamu mau pindah sekolah lagi? Nenek capek sekali mengurus kamu." Ucap Neneknya lelah.
"Nggak Nek, Kevin gak mau pindah sekolah. Tolong Nek, Kevin janji gak bakal berantem lagi." Ucap Kevin memohon.
Neneknya terkejut mendengar ucapan Kevin. Baru kali ini Kevin memohon agar sekolahnya tidak dipindahkan, padahal dari dulu Kevin malah berusaha untuk bisa dikeluarkan dari sekolahnya.
"Oke, Nenek gak pindahin kamu ke sekolah lain, tapi kamu harus belajar lebih giat dan dapat nilai UN yang bagus di semester 2 nanti ya." Ucap Neneknya tersenyum sambil mengacak halus rambut Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Without Words
Teen Fiction[COMPLETE, TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA] Seperti kisah romansa remaja pada umumnya, tentang remaja badung bernama Kevin Andreas yang hobi menjahili guru, bolos, berkelahi, dan bergonta-ganti pacar, seketika berubah seratus delapan puluh derajat ketika...