Jakarta...

104K 2.5K 11
                                    

Saat ini aku sedang berdiri di depan sebuah gerbang tinggi berwarna hitam, gerbang yang menyembunyikan bentuk keindahan bangunan didalamnya. Merasakan kebimbangan antara masuk atau pergi dari sana. Lalu dengan tarikan nafas panjang, kubulatkan tekatku untuk masuk kedalam.

Langkah awal yang harus kulakukan yaitu menekan tombol bel yang berada di sisi gerbang.

Teet.. Teet.. Teet

Tak perlu menunggu lama. Pintu gerbang di buka oleh seorang bapak-bapak berumur sekirar 50 tahunan dengan menggunakan seragam khas security.

"Cari siapa mbak?" Pak satpam dengan kumis tebal bertanya kepadaku. Kumisnya yang bergerak-gerak ketika berbicara terlihat lucu. Pengen ketawa tapi takut gak sopan.

"Mau cari Om Tyo Pak" jawabku menahan ketawa.

"Mbaknya siapa ya? Ada keperluan apa?" tanyanya lagi dengan kumis yang masih bergerak-gerak lucu. Wajah bapaknya jadi mirip pak Raden di si Unyil.

"Saya anak sahabatnya Om Tyo pak dan ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan Om Tyo. Om Tyonya ada pak?"

"Oh. Ada mbak. Silahkan.. Langsung saja masuk" pak satpam tadi melebarkan pintu gerbang agar aku bisa masuk.

"Makasih pak"

***

Seorang wanita dengan daster mempersilahkanku masuk dan menyuruhku menunggu seraya beliau tadi memanggilkan Om Tyo. Tak beberapa lama, wanita cantik berumur 30 an datang menghampiriku. Wanita yang menggunakan dress selutut berwarna biru itu tersenyum ketika bertemu pandang denganku, Tante Sandra istrinya Om Tyo. Aku berdiri untuk bersalaman tapi Tante Sandra memelukku dengan erat.

"Ya Ampun Cleo. Tante seneng banget kamu kesini" ucap Tante Sandra yang masih memelukku erat. Lalu Tante Sandra melepaskan pelukannya padaku tapi masih tetap memegang kedua bahuku "Gimana kabar kamu? Ayahkamu sehat? Sama siapa kamu kesini? Ayah kamu mana?" Tante Sandra memutarkan padangannya kesegala arah mencari sosok ayahku di rumahnya. Saat tak menemukan ayahku dimana-mana Tante Sandra menatapku bingung.

"Cleo baik kok tan. Tanyanya satu-satu ya, Cleo bingung jawabnya" ucapku cengengesan.

"Hehehe maaf ya, Tante terlalu gembira kamu kesini. Ayo kita duduk dan mulai cerita" soloroh Tante Sandra heboh. Aku cuma bisa mengela nafas lirih. Tante Sandra sosok wanita yang berperan banyak terhadap kehidupanku semenjak Mama meninggal. Beliau dengan suka rela berperan sebagai ibu tanpa membuatku risih. Aku sangat menyayangi Tante Sandra kalau boleh jujur.

"Jadi..." Tante Sandra sengaja tidak meneruskan perkataannya melihatku yang masih terdiam agar mulai bercerita. Aku bingung harus memulainya dari mana, aku takut beliau tidak setuju dan memberitahukan ayah. Dan hancur pelarianku kalau itu terjadi.

"Hemm.. Cleo bingung mulai cerita dari mana. Sebenarnya Cleo kesini sendiri Tan, ayah dirumah dan ....." aku berhenti sejenak sekedar mengumpulkan keberanianku "Ayah gak tau kalau Cleo ke Jakarta" lanjutku.

"Kamu kabur dari rumah?" suara Tante menyiratkan keterkejutan. Aku tak berani untuk sekedar mengangkat wajah apalagi menatap Tante Sandra "Kenapa?" tanya Tante Sandra Lagi.

"Ayah mau nikahin Cleo sama anak temennya Tan. Cleo gak mau. Cleo belum siap buat nikah apalagi sama orang yang nggak Cleo kenal" ucapku serak. Mulai deh cengengku. Kalau ceria soal penderitaan hidup sifat cengengku selalu kambuh. Hati hello kitty mah gampang baper.

"Emang Cleo gak kasian sama ayah. Ninggalin ayah sendirian terus tau kalau Cleo pergi dari rumah pasti bikin ayah khawatir" ucap Tante Sandra pelan.

"Cleo udah ninggalin surat kok Tan. Ayah gak akan khawatir. Disini aku juga ada Gafriel yang menjagaku" belaku pada diri sendiri. Tante Sandra sepertinya masih belum terima dan masih ingin menasehatiku untuk membatalkan niatku ini.

"Aku akan baik-baik saja Tan. Ayah juga akan baik-baik saja. Aku sudah menyuruh Bli Gede buat jagain ayah dan ingetin ayah untuk makan dan istirahat yang teratur".

"Baiklah. Trus kamu tinggal dimana? Kamu tinggal disini aja ya?"

"Itu dia Tan masalahnya. Aku mau ngkos tapi belum sempet cari, jadi kalau boleh aku mau pinjem apartemen yang di Calton buat dua hari saja" ucapku lirih. Sumpah gak enak banget dateng-dateng mau minjem tempat. Berasa gak tau malu.

"Kenapa gak tinggal disini aja. Kan lebih enak, ada Tante dan Om. Trus semua kebutuhan kamu juga sudah terpenuhi"

"Cleo mau mandiri Tan. Rencananya Cleo mau kerja di tempatnya Gafriel dan dari sini kan terlalu jauh Tan. Gak pa-pa kok tan kalau gak bisa, mungkin Cleo bisa ke hotel aja" aku mencoba tersenyum tegar agar Tante Sandra percaya. Sepertinya aku memang terlalu percaya diri. Tante Sandra terdiam dan aku pun masih berkutat dengan pikiranku sendiri. Sampai suara bariton seorang pria mengintrupsi keterdiaman kami.

"Ada apa ini. Kok diam-diaman?" Om Tyo duduk di depan aku dan Tante Sandra. Aku memandang Om Tyo dengan senyum kecut.

"Apa Om melewatkan sesuatu?" tanyanya lagi. Tante Sandra berdiri dari sofa dan berjalan menuju sofa yang sama denga Om Tyo. Dan mulai lah Tante Sandra bercerita seperti yang aku ceritakan sebelumnya.

"Oke" satu kata dari Om Tyo membuatku dan Tante Sandra terkejut. Aku terkejut gembira dan Tante Sandra terkejut tidak setuju. Tanpa sadar ujung bibirku tertarik keatas tersenyum, ya ampun baik banget Om Tyo. Jadi pengen meluk deh.

"Pa. Kok dibolehin sih?" sanggah Tante Sandra tidak terima. Kenapa Tante ngotot tidak memperbolehkanku tinggal di apartemnnya yang sudah lama kosong itu sih, apa Tante gak suka aku pake apartemennya itu.

"Kanapa sih ma? Lagiankan apartemennya kosong. Lumayan kalau ada yang pake" ucap Om Tyo memberi alasan "Iya sih, tapi nanti Cleo disana sendirian. Nanti kalau dia sakit gimana? Kalau dia makannya gak teratur gimana? Kan gak ada yang jagain kalau dia disana. Kalau disini ada Mama yang bisa jagain Cleo Pa" Pernyataan Tante Sandra membuatku terharu. Maafin Cleo Tan udah buruk sangka. Duh pengen cium Tante juga jadinya.

"Ya ampun Ma. Cleo kan udah gede, pasti bisa jaga diri dan dia kan juga pengen belajar mandiri. Mama kan bisa telfon apa SMS buat ngingetin Cleo, atau Mama juga bisa kesana buat jenguk Cleo" Om Tyo mengarahkan dengan sayang. Dielusnya rambut Tante Sandre pelan agar membuat beliau tenang, dan itu berhasil. Aku yang melihat interaksi keduanya cuma bisa gigit jari. Baper se baper bapernya. Kapan aku bisa tetep mesra kaya gitu walaupun sudah berumur banyak.

"Yaudah deh. Pokoknya Cleo harus sering-sering kasih kabar ke Tante"

Aku terlonjak dari sofa, menghambur ke Tante Sandra untuk memeluknya saking senengnya. Bahagia banget bisa punya Tante Sandra yang menghawatirkanku seperti anaknya sendiri. Kulepas pelukanku dan kulanjutkan ke Om Tyo yang duduk di sebalah Tante Sandra.

"Makasih Om. Cleo janji cuma 2 hari aja tinggal di Calton" ucapku tersenyum senang.

"Gak boleh!"

lah? Gimana sih. Tadi katanya boleh kok jadi gak boleh. Yang bener yang mana? Haduh tepok jidat deh. Aku masih melotot bingung.

"Kamu gak tinggal di Calton. Tapi tinggal di apartemen Maximilinium bekas apartemen Valvo. Dan kamu gak perlu ngkos tapi tinggal disana selama yang kamu mau, selamanya juga gak papa" ya ampun baiknya. Boleh gak sih nangis. Tapi jangan ah, ntar pesonaku turun lagi.

"Makasih banget Om, Tante. Cleo seneng banget" aku memeluk mereka berdua kembali. Mau apartemen Calton kek, maxsimilon, maxsimilun apaan itu yang penting gratis udah bikin Cleo bahagia dunia.

Ayeyeye.. Jakarta. Pertemukankan aku dengan jodohku please!

Young Husband? Oh No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang