Maaf ya panjang...
Selamat membaca..
Hujan turun dengan derasnya menimbulkan udara dingin yang membuatku semakin mengeratkan jaket yang kupakai. Padahal kemarin Jakarta masih panas menyengat entah kenapa pagi ini hujan harus turun, semoga saja tidak banjir nantinya. Setelah membeli beberapa makanan dan camilan aku bergegas ke apartemen Zaqsa. Sampai di apartemennya segera kumasukkan kode pasword dari kertas yang di berikan Kevin padaku.
Bip, bunyi tanda pasword sudah benar dan pintupun terbuka sendiri. Aku segera masuk kedalam dan menemukan TPS sudah berpindah tempat kesana, dari sampah junkfood, makanan ringan, minuman kaleng dan beberapa botol alkohol. Jangan lupakan tatanan kursi yang tidak pada tempatnya lagi, jaket dan sepatu tergeletak di sembarang tempat. Sementara kondisi dapur juga tak kalah beda, piring dan gelas yang belum dicuci lalu bungkus mie instan di sekitar tempat sampah yang gak muat lagi menampung sampah yang ada.
Aku berdecak keras melihat apartemen yang berganti jadi tempat sampah ini. Kuletakkan kantong kresek yang berisi belanjaanku dan berjalan menuju kamar Zaqsa. Membukanya sedikit dan menghela nafas panjang, benar-benar lebih parah dari yang diluar. Kututup pintu kamar Zaqsa dan kembali lagi ke ruang TV. Kuputuskan untuk membantunya membersihkan apartemennya ini saja sambil menunggu Zaqsa bangun.
Hambir 2 jam lebih aku menjadi babu di apartemen Zaqsa, dari menyapu, mengepel sampai memasakkan sedikit makanan untuknya. Sudah berasa jadi pacar yang baik aja deh. Pacar? Pacar Zaqsa? Nggak deh makasih.
Sudah jam 11siang tapi Zaqsa belum juga keluar kamar. Apa dia belum bangun? Atau dia sudah bangun tapi tidak mau keluar kamar? Atau jangan-jangan dia pingsan di dalam? Pemikiran terakhirku membuatku memutuskan untuk masuk ke kamar Zaqsa dan membangunkannya.
"Hei.. Bangun" kugoyangkan tubuhnya beberapa kali tapi tidak ada reaksi "Hei.. Bangun! Zaqsa bangun" masih belum ada reaksi juga. Ini beneran tidur kan? Atau bener dia pingsan? Bisa gawat kalau dia pingsa nih.
Kugoyangkan lagi tubuhnya dengan sedikit keras dan berhasil "Apaan sih Kev, gue ngantuk jangan ganggu. Enyah lo" ujarnya dengan suara serak dan mata yang terpejam erat.
"Zaq.. Ini Cleo. Bangun!" ucapku tapi hanya di tenggapi dengan dia yang merubah posisi tidurnya menjadi tengkurap dan kepala yang ditutupi bantal.
Aku mengerutu sebal "Dih, susah banget sih di bangunin doang"
Aku mengamati keadaan kamar Zaqsa dan melihat betapa berantakannya kamarnya saat ini kuputuskan untuk membersihkannya juga. Bungkus rokok, kaleng soda, kaset PS, sampai boxser yang terdampar di atas gitar akustik. Cowok kalau patah hati nyusain bener, gak nangis-nangis ngabisin tisu kaya cewek tapi gak gini juga, ngurung diri, ngegalau sendiri, trus ngancurin apartemen kek gini. Bener kata Kevin, aku emang baik hati, pantes minta tolong ke aku. Ckckck sombongku kumat lagi deh.
Setelah semuanya selesai dan tertata dengan rapi dan benar, kubuka gorden di sisi kamar Zaqsa yang menampilkan pemandangan jalan raya dan perumahan padat penduduk. Kutarik bantal yang menutupi kepalanya sehingga wajahnya terkena cahaya matahari yang tidak terlalu terang tapi bisa membuat mata silau, apalagi yang habis membuka mata.
"Kev, mau gue matiin lo? Tutup gordennya dan keluar dari kamar gue" ucapnya menutup mata dengan lengan kananya. Melihatnya yang masih belum bangun membuatku geram sendiri. Zaqsa jangan kurang ajar ya sama Cleo.
"Banguuunnn....." teriakku sekuat tenaga yang pasti bisa di dengar oleh tetangga apartemen, tapi bodo amat.
Zaqsa langsung terduduk dari tidurnya, mengerjabkan matanya berulang kali mencari kesadaran. Dia sedikit linglung melihat sekelilingnya dan terkejut melihatku yang berdiri berkacak pinggang menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Husband? Oh No!
General Fiction(18+) "Mau aku bantu gak?" tanyaku. Dan dia mengangguk. "Sekarang buka seragammu" dia masih terdiam bingung. Namun selanjutnya dia berteriak heboh dengan mata melotot. Lucu. "Lo mau perkosa gue?" ucapnya dengan kedua tangan menutupi bagian dadanya...